oleh : Nurannisa Fitria Aprianti
I.
KONSEP DASAR TEORI DUB
A. DISFUNGSIONAL UTERI BLEEDING
1. Pengertian
Perdarahan
rahim disfungsional atau DUB didefinisikan sebagai perdarahan yang terjadi dari
endometrium proliferatif sebagai akibat anovulasi bila tidak ada penyakit
organik (Hacker, edisi 2, 2001).
Perdarahan uterus disfungsi
adalah perdarahan abnormal dari uterus (lama, frekuensi, jumlah) yang terjadi
di dalam dan di luar siklus haid, tanpa kelainan organ, hematologi, dan
kehamilan, dan merupakan kelainan poros hipotalamus-hipofise-ovarium (Sadikin,
2005).
Ini
merupakan diagnosis penyingkiran dimana penyakit lokal dan sistemik harus
disingkirkan. Sekitar 50 persen dari pasien ini sekurang-kurangnya berumur 40
tahun dan 20 persen yang lain adalah remaja, karena ini merupakan saat-saat
dimana siklus anovulatori lebih sering ditemukan.
2. Patofisiologi
Perdarahan
uterus disfungsional dapat terjadi pada siklus berovulasi maupun pada siklus
tidak berovulasi.
a.
Siklus berovulasi
Perdarahan
teratur dan banyak terutama pada tiga hari pertama siklus,haid. Penyebab
perdarahan adalah terganggunya mekanisme hemostasi lokal di endometrium.
b.
Siklus tidak
berovulasi
Perdarahan
tidak teratur dan siklus haid memanjang disebabkan oleh gangguan pada poros
hipothalamus-hipofisis-ovarium. Adanya siklus tidak berovulasi menyebabkan efek
estrogen tidak terlawan (unopposed estrogen) terhadap endometrium. Proliferasi
endometrium terjadi secara berlebihan hingga tidak mendapat aliran darah yang
cukup kemudian mengalami iskemia dan dilepaskan dari stratum basal.(Manuaba
edisi 2010 )
c.
Efek samping
penggunaan kontrasepsi
Dosis
estrogen yang rendah dalam kandungan pil kontrasepsi kombinasi (PKK)
menyebabkan integritas endometrium tidak mampu dipertahankan.
Progestin
menyebabkan endometrium mengalami atrofi. Kedua kondisi ini dapatmenyebabkan
perdarahan bercak. Sedangkan pada pengguna alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
kebanyakan perdarahan terjadi karena endometritis (Munro M. Dysfunctional
uterine bleeding. Curr Op in Obstet Gynecol 2001)
3. Penyebab
Perdarahan rahim disfungsional yang terjadi selama
umur reproduksi dapat diakibatkan oleh berbagai penyebab misalnya :
a.
Gagalnya efek umpan balik positif dari estrogen, pengubahan perifer yang
abnormal dari androgen menjadi estrogen, atau cacat endometrium yang dapat
berada dalam tingkat reseptor atau dalam sekresi atau pelepasan prostaglandin.
b.
Bila tidak ada sekresi progesteron (anovulasi)
dan dalam perangsangan yang terus berlanjut, endometrium akan berproliferasi ,
sehingga mencapai tinggi yang abnormal. Terdapat vaskularitas yang hebat dan
pertumbuhan kelenjar yang tanpa dukungan stroma. Endometrium akhirnya tumbuh
melebihi perangsangan yang ditimbulkan oleh estrogen dan perdarahan terjadi,
dengan peluruhan endometrium secara tidak teratur.
c.
Kelainan fungsi poros
hipotalamus-hipofise-ovarium.
Usia terjadinya :
- Perimenars
(usia
8-16 tahun)
- Masa
reproduksi (usia 16-35 tahun)
- Perimenopouse (usia 45-65 tahun
(Manuaba edisi 2010 )
4.
Gejala
Perdarahan rahim yang dapat terjadi tiap saat dalam siklus menstruasi. Jumlah perdarahan bisa sedikit-sedikit dan terus menerus atau banyak dan berulang.Kejadian tersering pada menarche (atau menarke: masa awal seorang wanita mengalami menstruasi) atau masa pre-menopause.
Perdarahan rahim yang dapat terjadi tiap saat dalam siklus menstruasi. Jumlah perdarahan bisa sedikit-sedikit dan terus menerus atau banyak dan berulang.Kejadian tersering pada menarche (atau menarke: masa awal seorang wanita mengalami menstruasi) atau masa pre-menopause.
5. Diagnosis
·
Keluhan subyektif : Terjadi perdarahan pervaginam
yang tidak normal (lamanya, frekuensi dan jumlah) yang terjadi di dalam maupun
di luar siklus haid.
·
Pemeriksaan fisik : Tidak ditemukan kehamilan
(pembesaran uterus), kelainan organ maupun kelainan hematologi (faktor
pembekuan).
6. Pemeriksaan Penunjang
a.
Pemeriksaan hamatologi
b.
Pemeriksaan hormon reproduksi :FSH, LH,
Prolaktin, E2, dan progesteron, prostaglandin F2.
c.
Biopsi, dilatasi, kuret bila tidak ada
kontraindikasi.
d.
Pemeriksaan USG.
7. Penatalaksanaan pada Perdarahan Rahim Disfungsional
Beberapa
pasien mungkin memerlukan terapi penunjang berupa zat besi atau transfusi
darah. Pasien dengan pemeriksaan pelvis yang normal dan dengan endometrium
proliferatif yang dipastikan dengan biopsi endometrium terbaik diterapi dengan
terapi hormonal. Pasien yang tidak memberi respons terhadap terapi hormonal
secara cepat atau yang lebih tua daripada 35 tahunharus menjalani kuretase
untuk menyingkirkan karsinoma endometrium. Pasien yang gagal memberi respons
terhdap terapi hormonal dapat juga mengalami mioma submukosa atau polip
endometrium dan dapat membutuhkan histereskopi untuk diagnosis dan terapi.
Terapi hormonal mencakup progestin saja,
kontrasepsi oral, atau terapi progestin-estrogen yang berurutan. Kalau biopsi
endometrium awal menunjukkan endometrium yang proliferatif, terapi pilihannya
adalah 5 mg medroksiprogesteron asetat tiap hari, baik selam 13 hari yang
berurutan yang dimulai pada hari ke 14 dari siklus. Terapi ini akan mengubah
endometrium proliferaktif menjadi jenis yang mirip sekretorik dan mencegah
berulangnya perdarahan. Terapi progesteron harus dilanjutkan selama diperlukan.
Kalau pasien ingin hamil, terapi pilihannya adalah klomifen sitrat.
Kalau
biopsi endometrium awal memperlihatkan endometrium sekretorik dan perdarahan
yang abnormal terus berlanjut atau berulang, cacat patologik di dalam kavitas
rahim harus dicurigai dan dilakukan histerosalpingografi atau histereskopi.
Terapi pada peristiwa perdarahan akut dapat dicapai dengan kontrasepsi oral
saja atau suatu kombinasiprogestin-estrogen yang berurutan. Kedua metode itu
sama-sama efektif dalam menghentikan
perdarahan. Kalau kontrasepsi oral saja digunakan, 4 tablet sehari harus diberikan
selama 7 hari. Biasanya perdarahan akan berhenti dalam 24 sampai 48 jam. Pasien
harus diberitahu bahwa pada akhir terapi ini dapat terjadi perdarahan vagina
yang lebih berat daripada biasanya. Pasien harus dilanjutkan dengan dosis
harian kontrasepsi oral sebagaimana untuk kontrasepsi dan dipertahankan
sekurang-kurangnya selam 6 bulan.
8.
Pengobatan
Setelah menegakkan diagnosa dan setelah menyingkirkan berbagai kemungkinan kelainan organ, teryata tidak ditemukan penyakit lainnya, maka langkah selanjutnya adalah melakukan prinsip-prinsip pengobatan sebagai berikut:
Setelah menegakkan diagnosa dan setelah menyingkirkan berbagai kemungkinan kelainan organ, teryata tidak ditemukan penyakit lainnya, maka langkah selanjutnya adalah melakukan prinsip-prinsip pengobatan sebagai berikut:
a.
Menghentikan perdarahan.
b.
Mengatur menstruasi agar kembali normal
c. Transfusi
jika kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 8 gr%.
Menghentikan perdarahan.
Langkah-langkah upaya menghentikan perdarahan adalah
sebagai berikut:
a.
Kuret (curettage)
Hanya untuk wanita yang sudah menikah. Tidak bagi gadis
b.
Obat (medikamentosa)
1)
Golongan estrogen.
Pada
umumnya dipakai estrogen alamiah, misalnya: estradiol valerat (nama generik)
yang relatif menguntungkan karena tidak membebani kinerja liver dan tidak
menimbulkan gangguan pembekuan darah. Jenis lain, misalnya: etinil estradiol,
tapi obat ini dapat menimbulkan gangguan fungsi liver.
Dosis
dan cara pemberian:
1)
Estrogen konyugasi (estradiol valerat): 2,5 mg diminum
selama 7-10 hari.
2)
Benzoas estradiol: 20 mg disuntikkan intramuskuler.
(melalui bokong)
3)
Jika perdarahannya banyak, dianjurkan nginap di RS
(opname), dan diberikan Estrogen konyugasi (estradiol valerat): 25 mg secara
intravenus (suntikan lewat selang infus) perlahan-lahan (10-15 menit), dapat
diulang tiap 3-4 jam. Tidak boleh lebih 4 kali sehari.
2)
Obat Kombinasi
Obat golongan ini diberikan secara bertahap bila
perdarahannya banyak, yakni 4×1 tablet selama 7-10 hari, kemudian dilanjutkan
dengan dosis 1×1 tablet selama 3 hingga 6 siklus.
3)
Golongan progesterone
Obat untuk jenis ini, antara lain:
a)
Medroksi progesteron asetat (MPA): 10-20 mg per
hari, diminum selama 7-10 hari.
b)
Norethisteron: 3×1 tablet, diminum selama 7-10 hari.
c.
Mengatur menstruasi agar kembali
normal
Setelah perdarahan berhenti, langkah selanjutnya adalah
pengobatan untuk mengatur siklus menstruasi, misalnya dengan pemberian:
Golongan progesteron: 2×1 tablet diminum selama 10 hari. Minum obat dimulai pada hari ke 14-15 menstruasi.
Golongan progesteron: 2×1 tablet diminum selama 10 hari. Minum obat dimulai pada hari ke 14-15 menstruasi.
d. Transfusi
jika kadar hemoglobin kurang dari 8 gr%.
Yang ini, mau tidak mau nginap di Rumah Sakit atau
klinik,sekantong darah (250 cc) diperkirakan dapat menaikkan kadar hemoglobin
(Hb) 0,75 gr%. Ini berarti, jika kadar Hb ingin dinaikkan menjadi 10 gr% maka
kira-kira perlu sekitar 4 kantong darah.
Perkiraan hasil pengobatan (Prognosis)
Hasil pengobatan bergantung kepada proses perjalanan
penyakit (patofisiologi)
a)
Penegakan diagnosa yang tepat dan regulasi hormonal
secara dini dapat memberikan angka kesembuhan hingga 90 %.
b)
Pada wanita muda, yang sebagian besar terjadi dalam
siklus anovulasi, dapat diobati dengan hasil baik, atau sukses.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar