Senin, 13 Mei 2013

Varisela ( Nur Hidayah)


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Varisela merupakan salah satu penyakit sangat menular yang dapat menular dengan sangat cepat. Varisela dapat merupakan penyakit kongenital, menyerang bayi baru lahir, menyerang anak kurang dari 10 tahun terutama usia 5 sampai 9 tahun, bahkan orang dewasa. Pada anak sehat penyakit ini biasanya bersifat jinak, jarang menimbulkan komplikasi dan hanya sedikit yang menderita penylit, tetapi pada status immunitas yang menurun, seperti bayi baru lahir, immunodefisiensi, tumor ganas, dan orang dewasa yang mendapat pengobatan immunosupresan sering menimbulkan komplikasi bahkan menyebabkan kematian.
Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang termasuk golongan Herpes Virus, yaitu Varicella Zooster Virus (VZV). Pada kontak pertama virus ini menyebakan penyakit cacar air atau chicken Pox, dan pada reaktivasi infeksi, virus ini menyebabkan penyakit yang disebut sebagai herpes zooster atau shingles.
Pencegahan terhadap varisela dapat dilakukan dengan pemberian immunisasi aktif maupun pasif, dengan demikian maka penderita yang beresiko mendapatkan komplikasi saat menderita penyakit varisela, atau menderita varisela yang cenderung berat dapat diberi immunisasi untuk meningkatkan immunitasnya.
Penyakit ini pertama kali dilaporkan oleh Herbeden (1967) dan oleh Steiner (1875) yang dapat memindahkan varisela kepada sukarelawan. 1888 von Bokay pertama kali menemukan adanya hubungan antara penyebab varisela dengan Herpes Zoster. 1922 Kudratitz melakukan percobaan skarifikasi yaitu dengan mengambil cairan vesikel dari erupsi zoster yang khas dan diinokulasikan, ternyata mengkibatkan suatu erupsi lokal dan generalisata seperti pada varisela. Paschen (1917) menggambarkan adanya inclusion bodies pada pemeriksaan yang diambil dari dasar vesikel dan menyebutkan bahwa penyebab penyakit varisella adalah sebuah virus, kemudian Willer (1953) menemukan pertumbuhan virus varisela dan Zoster pada kultur jaringan manusia dan didapatkan bahwa keduanya disebabkan oleh virus yang identik

B.     Tujuan
1.      Agar mahasiswa mampu mengetahui tentang penyakit varisella
2.      Agar mahasiswa mampu mengetahui tanda-tanda gejala dan tahu cara penanganannya


























BAB II
VARISELA-ZOOSTER

A.    Pengertian
Varisela adalah suatu penyakit infeksi akut primer menular, disebabkan oleh Varicella Zooster Virus (VZV), yang menyerang kulit dan mukosa, dan ditandai dengan adanya vesikel-vesikel.
Varisela,atau yang di kenal juga sebagai chicken pox atau cacar air,adalah infeksi virus yang manyebabkan rash seperti blister (vesikel) pada permukaan kulit dan membrane mukosa.
Varisela adalah infeksi akut primer oleh virus varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa,secara klinis trdapat gejala konstitusi,kelainan kulit polimorfi,terutama berlokasi di bagian central tubuh.

B.     Penularan
Virus varisela zoster penyebab penyakit cacar air ini berpindah dari satu orang ke orang lain melalui percikan ludah yang berasal dari batuk atau bersin penderita dan diterbangkan melalui udara atau kontak langsung dengan kulit yang terinfeksi. Virus ini masuk ke tubuh manusia melalui paru-paru dan tersebar ke bagian tubuh melalui kelenjar getah bening. Setelah melewati periode 14 hari virus ini akan menyebar dengan pesatnya ke jaringan kulit. Memang sebaiknya penyakit ini dialami pada masa kanak-kanak daripada kalau sudah dewasa. Sebab itu seringkali orang tua membiarkan anak-anaknya terkena cacar air lebih dini
Cara penularan cacar air mudah menjalar dari sekitar 2 hari sebelum bintik muncul dan berakhir sampai seluruhnya terbuka. Seorang anak dengan cacar air harus dirawat dirumah hingga bekas bintik yang telah terbuka mengering , biasanya sekitar 1minggu. Jika tidak yakin apakah anak telah siap masuk sekolah, baiknya ditanyakan ke dokter. Cacar air sangat menular kebanyak  anak-anak yang dengan saudara kandungnya yang telah terkena cacar air akan terkena pula , menunjukkan gejala setelah 2 ,minggu setelah anak pertama yang terkena. Untuk menghindari penyebaran , pastikan anak anda mencuci  tanagan mereka secara teratur, sebelum makan dan setelah menggunakan kamar mandi. Dan hindarkan anak yang terkena cacar air dari saudra-saudaranya yang belum tervaksin sejauh mungkin. Orang yang belum terkena cacar air juga dapat mendapatkannya dari orang lain yang terkena ruam, tetapi mereka tidak dapat mendpatkan ruam dengan sendiri karena ruam hanya dapat berkembang dari reaksi virus VZV pada diri seeorang yang sebelumnya telah terkena cacar air.
Secara umum, seluruh jenis penyakit herpes dapat menular melalui kontak langsung. Namun pada herpes zoster, seperti yang terjadi pada penyakit cacar (chicken pox), proses penularan bias melui bersin, batuk, pakaian yang tercemar dan sentuhan ke atas gelembung  / lepuh yang pecah. Pada penyakit herpes genetalis (genetalia), penularan terjadi melalui perilak sex. Sehinga penyakit herpes genetalis ini kadang diderita dibagian mulut akibat oral sex. Gejalanya akan timbul dalam masa  7-21 hari setelah seseorang mengalami kontak (terserang) virus varisella zoster.
Seseorang yang mengalami cacar air dan kemudian sembuh, sebenarnya virus tidak 100% hilang dari dalam tubuhnya, melainkan bersembunyi di dalam sel ganglion dorsalis sisten daraf sensoris penderita. Ketika daya tahan tubuh (imun) melemah, vierus akan kembali menyerang dalam bentuk herpes zoster dimana gejala yang ditimbulkan sama dengan penyakit cacar air (chickenpox). Bagi seseprang yang belum pernah mengalami cacar air, apabila terserang virus varisella-zoster maka tidak langsung mengalami penyakit herpes-zoster akan tetapi mengalami cacr air terlebih dahulu.

C.    Jenis atau klasifikasi
1.      Klasifikasi varisella zoster
Vaeisella zoster di klasifikasikan sebagai berikut
v  Famili : Herpesviridae
v  Sub family : Alphaherpesvirinae
v  Genus : Varisellovirus
v  Spesies : Varisella zoster


D.    Tanda dan Gejala
Varicella, atau yang dikenal juga sebagai Chicken pox atau Cacar Air, adalah infeksi virus yang menyebabkan rash seperti blister (vesikel) pada permukaan kulit dan membran mukosa. Vesikel pada varicella umumnya timbul pertama pada tubuh dan muka, kemudian menyebar ke hampir seluruh tubuh, termasuk kulit kepala dan penis, juga pada mukosa mulut, hidung, telinga, dan vagina. Vesikel varicella lebarnya sekitar 1/5 – 2/5 inchi (5 – 10 mm), mempunyai dasar yang kemerahan, dan akan berkelompok setelah lebih dari 2 – 4 hari. Beberapa orang hanya mengalami sedikit vesikel, meskipun yang lainnya memiliki vesikel hingga ratusan. Bila vesikel digaruk atau dipecah, keropeng dan vesikel dapat terinfeksi oleh bakteri (infeksi sekunder bakteri). Vesikel-vesikel baru akan tetap terbentuk, sementara vesikel terdahulu pecah, mengering dan menjadi krusta, dengan demikian pada suatu saat akan tampak bermacam-macam ruam kulit (polimorf). vesikel biasanya beratap tipis, bentuknya bulat/lonjong menyerupai setetes air sehingga disebut teardrop vesicle.
Beberapa anak mengalami demam, nyeri perut, atau perasaan tidak enak dengan vesikel pada kulit mereka. Gejala ini umumnya berakhir sekitar 3 hingga 5 hari, dan demam berkisar antara 38,3oC hingga 39,4oC. Anak yang lebih muda sering mengalami vesikel yang lebih sedikit dibanding anak yang lebih tua atau orang dewasa. Secara umum, varicella adalah penyakit ringan, tetapi dapat mematikan pada penderita leukemia atau penyakit lain yang melemahkan sistem immun.
Umumnya orang hanya akan terserang varicella satu kali seumur hidup. Tetapi virus yang meyebabkan varicella dapat dormant (tidak aktif sementara) pada tubuh dan menyebabkan erupsi kulit yang berbeda (disebut shingles/herpes zoster), pada saat yang akan datang.
Inkubasi : Berlangsung selama 10-14 hari
Prodromal
Terjadi pada hari 1 hingga hari ke 3 
Berupa nyeri perut, sakit kepala, anoreksia, batuk dan coryza, sakit tenggorokan, perasaan lemah (malaise)
Kadang-kadang terdapat kelainan scarlatinaform atau morbiliform
 











Erupsi (rash):
Pada anak yang sehat terdapat sekitar 250-500 lesi. Dimulai dengan gejala-gejala sistemik ringan diikuti dengan munculnya makula-makula merah (seperti embun di atas mahkota mawar merah) yang kemudian dengan cepat berubah menjadi vesikel kecil dengan tepi yang eritema, berisi cairan jernih, tidak memperlihatkan cekungan di tengah (unumbilicated). Kemudian menjadi pustula, dan terakhir menjadi krusta. Isi vesikel berubah menjadi keruh dalam 24 jam.  Biasanya vesikel menjadi kering sebelum isinya menjadi keruh. Dalam 3-4 hari erupsi tersebar. Ruam pada umumnya muncul di kepala dan telinga, kemudian menyebar secara sentrifugal ke wajah, leher, badan dan ekstremitas. Erupsi ini disertai perasaan gatal.  Pada suatu saat terdapat bermacam-macam stadium erupsi; ini merupakan tanda khas penyakit varisela.  Vesikel tidak hanya terdapat di kulit melainkan juga di selaput lendir mulut, dan beberapa terlihat di orofaring.






Konvalescen
Lesi biasanya pecah membentuk krusta setelah 6 hari (2-12 hari) dan sembuh sempurna dalam 16 hari (7-34 hari). Erupsi yang berkepanjangan atau lamanya pembentukan krusta dan penyembuhan dapat terjadi pada imunitas seluler yang tidak cocok.

E.     Etiologi
Varisela disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV). yang termasuk dalam kelompok Herpes Virus tipe . Virus ini berkapsul dengan diameter kira-kira 150-200 nm. Inti virus disebut capsid yang berebntuk ikosahedral, terdiri dari protein dan DNA berantai ganda. Berbentuk suatu garis dengan berat molekul 100 juta dan disusun dari 162 isomer. Lapisan ini bersifat infeksius.
VZV dapat ditemukan dalam cairan vesikel dan dalam darah penderita. Virus ini dapat diinokulasikan dengan menggunakan biakan dari fibroblas paru embrio manusia kemudian dilihat dibawah mikroskop elektron. Di dalam sel yang terinfeksi akan tampak adanya sel raksasa berinti banyak (multinucleated giant cell) dan adanya badan inklusi eosinofilik jernih (intranuclear eosinophilic inclusion bodies).
VZV menyebabkan penyakit varisela dan Herpes Zoster. Kedua penyakit ini memiliki manifestasi klinis yang berbeda. Pada kontak pertama dengan manusia menyebabkan penyakit varisela atau cacar air, karena itu varisela dikatakan sebagai infeksi akut primer. Penderita dapat sembuh, atau penderita sembuh dengan virus yang menjadi laten (tanpa manifestasi klinis) dalam ganglia sensoris dorsalis, jika kemudian terjadi reaktivasi maka virus akan menyebabkan penyakit Herpes zoster. Varisela

F.     Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium 
Pemeriksaan laboratorium tidak dibutuhkan untuk diagnosis karena varisela dapat terlihat dari gejala klinis. Kebanyakan pada anak-anak dengan varisela terjadi leukopeni pada 3 hari pertama, kemudian diikuti dengan leukositosis. Leukositosis mengindikasikan adanya infeksi bakteri sekunder, tetapi tidak selalu. Kebanyakan pada anak-anak dengan infeksi bakteri sekunder tidak terjadi leukositosis.
Pemeriksaan serologi digunakan untuk mengkonfirmasi infeksi yang lalu untuk menentukan status kerentanan pasien. Hal ini berguna untuk menentukan terapi pencegahan pada dewasa yang terekspos dengan varisela. Identifikasi virus varisela zoster secara cepat diindikasikan pada kasus yang parah atau penyakit belum jelas yang membutuhkan pengobatan antiviral dengan cepat. Metode yang paling spesifik yang digunakan adalah Indirect Fluorescent Antibody (IFA), Fluorescent Antibody to Membrane Antigen (FAMA), Neutralization Test (NT), dan Radioimmunoassay (RIA). Tes serologis tidak diperlukan pada anak, karena infeksi pertama memberikan imunitas yang pasti pada anak.
Radiologi
Foto toraks : Anak-anak dengan suhu yang tinggi dan gangguan respirasi seharusnya dilakukan foto toraks untuk mengkonfirmasi atau menyingkirkan adanya pneumonia.

G.    Terapi/Penanganan
Antibiotik tidak diberikan untuk mengobati infeksi varicella, sebab penyakit ini disebabkan oleh virus. Antibiotika hanya diberikan bila telah terjadi infeksi sekunder oleh bakteri. Pengobatan varicella dapat dengan pengobatan antiviral, seperti asiklovir (baik sistermik ataupun topikal).
Pengobatan di rumah :
1.      Tujuan perawatan di rumah untuk mengurangi rasa gatal dari varicella dan demam atau perasaan tidak enak yang menyertai.
2.      Atasi rasa gatal pada kulit dengan kompres basah atau memandikan pada air dingin atau air hangat setiap 3-4 jam selama beberapa hari pertama. Mandi tidak memperparah varicella. Kemudian keringkan tubuh (jangan digosok).
3.      Calamine lotion paling sering digunakan untuk mengatasi rasa gatal, tetapi jangan membarikan lotion di dekat mata atau wajah pada anak yang lebih muda. Lainnya dapat diberikan bedak basah atau bedak kering yang mengandung salisil 2% atau mentol 1-2%. Potong kuku untuk melindungi terhadap garukan, yang dapat menimbulkan infeksi pada vesikel yang pecah.
4.      Varicella pada mulut mungkin menyebabkan sulit makan atau minum. Berikan air dingin dan makanan lunak. Hindari makanan/minuman yang mengandung asam tinggi, seperti jus jeruk, atau khususnya garam. Nyeri pada mulut dapat diatasi dengan memberikan acetaminophen (paracetamol) secara rutin saat ada vesikel pada mulut.
5.      Luka pada daerah genetalia dapat terasa sangat nyeri. Krim anestesi yang mengurangi nyeri dapat diberikan. Tanyakan dokter anda.
6.      Untuk menurunkan panas, gunakan pengobatan nonaspirin seperti acetaminophen (paracetamol). Asprin jangan diberikan pada anak dengan varicella atau penyakit akibat virus lainnya, karena penggunaan aspirin dapatberhubungan dengan berkembangnya Reye Syndrome.

Terapi
Terapi yang diberikan pada varisela bersifat suportif, meliputi (Mehta, 2006; William, 2002):
  1. Penjagaan hidrasi pada anak diperlukan, karena saat anak sakit nafsu makan berkurang. Pada anak yang mendapat pengobatan Ancyclovir, obat akan mengkristal di tubulus renalis, sehingga perlu hidrasi yang adekuat.
  2. Kebersihan menyeluruh tetap harus dijaga (memotong kuku dan membersihkan badan). Melarang anak menggaruk ruam untuk menghindari skar pada kulit. Memotong kuku, memakaikan sarung tangan dan kaos kaki saat tidur dapat menghindarkan garukan pada ruam.
  3. Pemberian makanan yang sehat dan bergizi, tanpa pembatasan makanan.
  4. Tidak ada pembatasan aktivitas pada anak-anak dengan varisela tanpa komplikasi.
  5. Kompres dingin, mandi yang teratur untuk mengurangi gatal
  6. Obat antiviral
  7. Obat antihistamin
  8. Obat antipiretik

H.    Pengaruh Pada Kehamilan
5 – 10% wanita dewasa rentan terhadap infeksi virus varicella zoster. Infeksi varicella akut terjadi pada 1 : 7500 kehamilan.
Komplikasi maternal yang mungkin terjadi :
1. Persalinan preterm
2. Ensepalitis
3. Pneumonia
Ibu hamil termasuk dalam kelompok orang dewasa yang rentan terhadap penyakit chickenpox/varisela apabila di masa mudanya belum pernah mengalaminya. Bagi ibu hamil dengan usia kehamilan 1 hingga 3 bulan, memang bisa terjadi komplikasi terhadap janin bayi, seperti keguguran, kelahiran mati atau bayi terkena sindrom congenital varicella (infeksi pada janin kuartal pertama kehamilan) yang cukup berbahaya baik bagi sang janin maupun si ibu. Namun memang prevalensi ibu hamil penderita cacar air yang mendapat komplikasi ini masih rendah (sekitar 2 dari 100 kasus). Kehamilan cenderung memperburuk perjalanan penyakit varicella. Infeksi varicella pada kehamilan meningkatkan risiko kejadian komplikasi pneumonia. Infeksi varicella pada trimester awal kehamilan memunculkan risiko kelainan kongenital, sebesar 0,4 – 2%.
Pada infeksi yang terjadi pada akhir kehamilan (secara kesepakatan ditetapkan 5 hari sebelum atau sesudah kelahiran) memunculkan risiko transmisi vertikal, yang dapat mengakibatkan bayi baru lahir mengalami infeksi varicella berat14. Pada pasien dengan status imun rendah, bayi baru lahir, dan ibu hamil, bila sudah terjadi infeksi, prinsip terapi adalah suportif dan pemberian anti viral sesuai indikasi. Anti viral terpilih adalah acyclovir, yang akan bekerja efektif bila diberikan dalam 72 jam pertama sesudah munculnya lesi. Indikasi mutlak pemberian terapi anti viral meliputi status imun rendah, manifestasi klinis berat, serta kehamilan trimester ke-315.
Pasien dengan varicella perlu dirawat bila keadaan umum lemah, lesi luas, atau untuk keperluan isolasi. cacar air dengan mudah menular pada orang lain. Untuk mencegah penularan, terutama pada bayi atau wanita hamil yang belum pernah terinfeksi, jauhkan mereka dari penderita paling tidak selama 21 - 28 hari. Ibu hamil yang pernah terinfeksi Chickenpox mempunyai kekebalan terhadap virus tersebut.
Antibodi yang dimiliki ibu ditransfer ke janin melalui Plasenta. Oleh sebab itu, ibu hamil yang sudah memiliki kekebalan tidak perlu khawatir terjadi komplikasi terhadap dirinya maupun bayinya bila berdekatan dengan orang yang menderita Chickenpox. Bila ibu tidak yakin sudah mempunyai kekebalan atau belum, bisa dilakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui tingkat kekebalan.
Bila tubuh memang belum memiliki kekebalan dan ibu harus berhadapan dengan orang yang menderita chickenpox, bisa diberikan zoster immune globulin (ZIG) pada hari keempat sejak terpapar penderita chickenpox.Ibu tidak bisa diberi vaksin chickepox, bila sedang hamil.

I.       Pengaruh Pada Persalinan
Ø  Berat badan lahir rendah
Ø  Prematur
Ø  Lahir sesar

J.      Diagnosa banding
Beberapa penyakit mempunyai ruam yang sama dengan varisela antara lain (William, 2002; Mehta, 2006):
  1. Small pox/ cacar (ruam terkonsentrasi pada ekstremitas dan muncul pada fase yang sama)
  2. Infeksi coxsackie virus (lebih sedikit ruam dan tidak menyebabkan krusta)
  3. Impetigo (lebih sedikit ruam, tidak ada vesikel klasik, pewarnaan gram positif, respon terhadap agen antimikroba, lesi perioral atau periferal)
  4. Papular urtikaria (riwayat gigitan serangga, ruam nonvesikuler)
  5. Skabies (tidak ada vesikel yang khas)
  6. Parapsoaris (jarang terjadi pada anak di bawah 10 tahun, kronik atau rekuren, sering terdapat riwayat varisella sebelumnya)
  7. Ricketsialpox (bekas gigitan kutu, ruam yang lebih kecil, tidak berkrusta)
  8. dermatitis herpetiformis (urtikaria kronis, pigmentasi residual)
  9. Dermatitis kontak
  10. Infeksi enterovirus
  11. Infeksi Herpes Simplex Virus

K.    Komplikasi
Resiko komplikasi varisela bervariasi berdasarkan umur. Komplikasi jarang terjadi pada anak-anak yang sehat, namun sering mengenai orang-orang dewasa di atas 15 tahun dan bayi di bawah 1 tahun (CDC, 2005). 
  1. Infeksi Bakteri Sekunder. Varisela menyebabkan pasien lebih mudah menderita infeksi bakteri sekunder.
  2. Komplikasi pada CNS (sistem saraf pusat)
  3. Pneumonia. Pneumonia biasa terjadi pada penderita yang imunocompremised, wanita hamil, atau dewasa dan sering menjadi fatal. Batuk, dyspnea, tacyphnea, rales, dan sianosis muncul 3-4 hari setelah onset dari ruam.
  4. Herpes zoster. Merupakan komplikasi yang lambat terjadi pada varisela, yaitu beberapa bulan sampai tahun setelah infeksi primer. Terjadi pada 15% pasien varisela. Disebabkan oleh adanya virus yang menetap di ganglion sensoris. Gejalanya rash vesikular unilateral, terbatas pada 1-3 dermatom. Rash ini menimbulkan rasa nyeri pada anak-anak yang lebih tua dan dewasa.
  5. Otitis media (5%)
  6. Hepatitis
Hepatitis berat dengan manifestasi klinis jarang terjadi pada anak-anak sehat dengan varisela.
  1. Glomerulonefritis
Haemorrhagic varicella

L.     Pencegahan
1.      Semua anak-anak kurang dari 13 tahun harus mendapatkan dua dosis vaksin cacar air jika mereka tidak pernah memiliki penyakit cacar air. Mereka harus mendapatkan dosis pertama mereka antara 12 dan 15 bulan dan dosis kedua pada 4 hingga 6 tahun.

2.      Semua remaja 13 tahun dan lebih tua dan orang dewasa, khususnya wanita tidak hamil usia subur, yang belum pernah menderita cacar air dan belum pernah divaksinasi, harus mendapatkan dua dosis 4 sampai 8 minggu terpisah.
3.      Dosis catch-up cacar kedua ini dianjurkan untuk anak-anak, remaja, dan orang dewasa yang sebelumnya hanya satu dosis.
4.      Ibu hamil yang tidak diketahui kebal harus divaksinasi setelah bayinya lahir. Vaksin cacar air tidak boleh diberikan kepada wanita selama kehamilan.
5.      Selama wabah cacar air, orang yang hanya menerima satu dosis vaksin harus menerima dosis kedua.






















BAB III
KESIMPULAN

Varisela dan Herpes Zoster adalah dua penyakit ini memiliki manifestasi klinis yang berbeda, namun keduanya disebabkan oleh virus yang sama yaitu VZV (Varicella Zoster Virus).
Varisela merupakan penyakit yang sering menyerang anak usia 5-9 tahun. Kasus varisela meningkat pada musim peralihan dari musim panas ke musim hujan atau sebaliknya. Namun kasus ini dapat menjadi penyakit musiman jika terjadi penularan dari seorang penderita yang tinggal di populasi padat. Varisela pada anak akan menimbulkan manifestasi klinis yang lebih ringan dibandingkan pada orang dewasa. Pada anak sehat varisela biasanya ringan, namun pada anak dengan sistem imun yang menurun karena degenerasi maligna, immunodefisiensi, ataupun pada anak dengan pengobatan immunosupresan, kasus varisela dapat menjadi berat akibat timbulnya komplikasi sampai menyababkan kematian
Herpes Zoster adalah penyakit yang terjadi akibat reaktivasi virus yang tidak sepenuhnya dapat dihilangkan saat viremia selesat. Virus yang diam di dalam ganglia dorsalis ini akan aktif saat terjadi penurunan kekebalan alami ataupun saat pasien mendapat terapi dengan obat immunosupresif.
Pada anak sehat, varisela biasanya ringan dan dapat sembuh sendiri, pengobatan simptomatik dapat diberikan untuk menghilangkan gatal. Antibiotik dapat diberikan jika terjadi infeksi sekunder. Antivirus sebaiknya diberikan secepat mungkin pada orang dengan immunodefisiensi seperti leukemia, keganasan, bayi baru lahir, penyakit kolagen, sindrom nefrotik, dan penderita dengan immunosupresan oleh obat-obat sitostatik atau koetikosteroid, radioterapi. Antivirus yang biasa dipergunakan adalah asiklovir, Valacylovir, Famciclovir .
Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan Vaksinasi virus yang telah dilemahkan, menggunakan VZIG (Varisela Zoster Immunoglobulin), ataupun menggunakan obat anti virus.



DAFTAR PUSTAKA

Buku Pintar Kesehatan Kehamilan, Elizabeth, MD. Inimedia

Hudomosiwito, Tjondro, Ratma Sipreapto Samil, Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta : 1992.429

Synopsis Obstetri, edisi 2, Prof Dr. Rustam Muchtar, MPH editor : Dr. Delfi Luntan

Buku Kapita Selekta Kedokteran, Mansjoer. Media Aesculapius