NAMA RISWANTI SEPTIANI
NIM
030112b065
KELAS IB
ENDOMETRITIS
A.
Pengertian
Endometritis adalah infeksi pada endometrium atau
desidua, dengan ekstensi ke dalam miometrium dan jaringan parametrial.
Endometritis biasanya terjadi akibat infeksi naik dari saluran kelamin bawah.
Dari perspektif patologis, endometritis dapat diklasifikasikan sebagai akut vs
kronis. Endometritis akut ditandai dengan kehadiran neutrofil dalam kelenjar
endometrium. Endometritis kronis ditandai dengan adanya sel plasma dan limfosit
dalam stroma endometrium.
B.
Macam-macam
endometritis
1.
Endometritis
Akut
Terutama terjadi postpartum atau
postabortum. Pada endometritis post partum regenerasi endometrium selesai pada
hari ke 9, sehingga endometritis postpartum pada umumnya terjadi sebelum hari
ke 9. Endometritis postabortum terutama terjadi pada abortus provocatus.
Endometritis juga dapat terjadi pada masa senil.
Gejala-gejala
:
a. Demam
b. Lochia
berbau : pada endometritis postabortum kadang-kadang keluar flour yang
purulent.
c. Lochia
lama berdarah malahan terjadi metrorarghi
d. Kalau
radang tidak menjalar ke parametrium atau perimetrium tidak ada nyeri.
Terapi
:
a. Uterotonika
b. Istirahat,
letak fowler
c. Antibiotika
d. Endometritis
senilis perlu dikuret untuk menyampingkan corpus carsinoma. Dapat diberi
estrogen
2.
Endometritis
kronisa
Gejala
:
a. Flour
albus yang keluar dari ostium
b. Kelainan
haid seperti metrorarghi dan menorhagi
Terapi
:Perlu dilakukan kuretase untuk DD dengan carcinoma corpus uteri, polyp atau
myoma submucosa. Kadang-kadang dengan kuret ditemukan endometritis tuberculosa.
Kuretase juga bersifat therapetis.
C.
Gejala
Gejala klinis endometritis yaitu
lendir vagina
yang berwarna keputihan sampai kekuningan yang berlebihan, dan rahim
membesar. Penderita dapat nampak sehat, walaupun dengan lendir vagina
yang kekuningan dan dalam rahimnya tertimbun cairan. Pengaruh endometritis
terhadap kesuburan dalam jangka pendek adalah menurunkan kesuburan sedangkan
dalam jangka panjang endometritis menyebabkan gangguan reproduksi karena
terjadi perubahan saluran reproduksi.
D.
Diagnosa
Endometritis dapat terjadi secara klinis
dan subklinis.
Diagnosis endometritis dapat didasarkan pada riwayat kesehatan,
pemeriksaan rektal, pemeriksaan vaginal dan biopsi.
Keluhan kasus endometritis biasanya beberapa kali dikawinkan tetapi tidak
bunting, siklus birahi
diperpanjang kecuali pada endometritis yang sangat ringan. Pemeriksaan vaginal
dapat dilakukan dengan menggunakan vaginoskop
dengan melihat adanya lendir, lubang leher rahim
(serviks) agak terbuka dan kemerahan di daerah vagina
dan leher rahim. Pada palpasi per rektal akan teraba dinding rahim agak kaku
dan di dalam rahim ada cairan tetapi tidak dirasakan sebagai fluktuasi
(tergantung derajat infeksi).
E.
Penyebab
Mikroorganisme
yang menyebabkan endometritis diantaranya Campylobacter
foetus, Brucella
sp., Vibrio sp. dan Trichomonas
foetus. Endometritis juga dapat diakibatkan
oleh bakteri
oportunistik spesifik seperti Corynebacterium pyogenes, Eschericia coli
dan Fusobacterium necrophorum.
Organisme penyebab biasanya mencapai vagina
pada saat perkawinan, kelahiran, sesudah melahirkan atau melalui sirkulasi darah.
Terdapat
banyak faktor yang berkaitan dengan endometritis, yaitu retensio sekundinarum,
distokia, faktor penanganan, dan siklus
birahi yang tertunda. Selain itu, endometritis biasa terjadi setelah kejadian aborsi,
kelahiran kembar,
serta kerusakan jalan kelahiran sesudah melahirkan. Endometritis dapat terjadi
sebagai kelanjutan kasus distokia atau retensi plasenta
yang mengakibatkan involusi uterus
pada periode sesudah melahirkan menurun. Endometritis juga sering berkaitan
dengan adanya Korpus Luteum
Persisten
F.
Penatalaksanaan
Pengobatan
tergantung kepada gejala, rencana kehamilan, usia penderita dan beratnya
penyakit. Obat-obatan yang dapat menekan aktivitas ovarium dan memperlambat
pertumbuhan jaringan endometrium adalah pil KB kombinasi, progestin, danazole
dan agonis GnRH.
Agonis
GnRH adalah zat yang pada mulanya merangsang pelepasan hormon gonadotropin dari
kelenjar hipofisa, terapis telah diberikan lebih dari beberapa minggu akan
menekan pelepasan gonadotropin.
Pada
endometriosis sedang atau berat mungkin perlu dilakukan pembedahan.
Endometriosis diangkat sebanyak mungkin, yang seringkali dilakukan pada
prosedur laparoskopi.
Pembedahan
biasanya dilakukan pada kasus berikut:
a. bercak
jaringan endometrium memiliki garis tengah yang lebih besar dari 3,8-5 cm
b. perlengketan
yang berarti di perut bagian bawah atau panggul
c. jaringan
endometrium menyumbat salah satu atau kedua tuba
d. jaringan endometrium menyebabkan nyeri perut
atau panggul yang sangat hebat, yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan.
Untuk
membuang jaringan endometrium kadang digunakan elektrokauter atau sinar laser.
Tetapi pembedahan hanya merupakan tindakan sementara, karena endometriosis
sering berulang. Ovarektomi (pengangkatan ovarium) dan histerektomi
(pengangkatan rahim) hanya dilakukan jika nyeri perut atau panggul tidak dapat
dihilangkan dengan obat-obatan dan penderita tidak ada rencana untuk hamil
lagi.
Setelah
pembedahan, diberikan terapi sulih estrogen. Terapi bisa dimulai segera setelah
pembedahan atau jika jaringan endometrium yang tersisa masih banyak, maka
terapi baru dilakukan 4-6 bulan setelah pembedahan.
Pilihan
pengobatan untuk endometriosis :
1.
Obat-obatan yang
menekan aktivitas ovarium dan memperlambat pertumbuhan jaringan endometrium
2.
Pembedahan untuk
membuang sebanyak mungkin endometriosis
3.
Kombinasi obat-obatan
dan pembedahan
4.
Histerektomi,
seringkali disertai dengan pengangkatan tuba falopii dan ovarium.
Pilihan pengobatan yang tepat akan
tergantung pada umur, derajat dan luasnya penyakit, serta faktor keinginan
mempunyai anak.
1.
Simtomatik (hanya menghilangkan
gejala penyakit)
Jika gejala
penyakit endometriosis tidak terlalu berat, mungkin gabungan obat anti-nyeri
seperti aspirin, parasetamol, atau/dan obat anti-radang seperti ibuprofen cukup
menolong dalam mengurangi nyeri dan kejang otot rahim ketika haid. Namun
obat-obat itu tidak menyembuhkan endometriosis, melainkan hanya mengurangi
penderitaan sementara waktu.
2.
Pengobatan hormonal
Dengan
pemberian hormon, haid akan berhenti, sehingga mirip masa kehamilan atau menopause.
Artinya, keadaan ini mirip peristiwa alami. Dengan berhentinya haid, maka
gejala akibat endometriosis pun akan berkurang.
a.
Progesteron.
Obat
progesteron sintetik yang diberikan akan bekerja seperti hormon progesteron
wanita. Pada dosis tinggi, hormon ini akan meng-hambat pelepasan sel telur dan
membuat tubuh 'percaya' seolah telah terjadi suatu kehamilan. Akibatnya haid
berhenti, dinding rahim menipis dan proses pertumbuhan endometriosis berhenti.
Contoh obat yang mengan-dung progesteron adalah noretisteron dan
medroksiprogesteron asetat (MPA). Pengaruh sampingannya adalah sindrom prahaid,
seperti retensi air dan perubahan emosi (mood swing). Sebenarnya
pengaruh sampingan yang lebih sering terjadi adalah perdarahan di luar masa
haid, bertambahnya berat badan dan perut kembung.
b.
Kontrasepsi
oral (pil KB).
Terkadang
pil kontrasepsi dipakai pula untuk mengobati nyeri pada penderita
endometriosis. Obat ini harus dipakai terus-menerus untuk beberapa bulan.
Selama itu haid akan berhenti. Tetapi kontrasepsi oral tidak dapat digunakan
pada semua wanita, karena bergantung pada kondisi kesehatan dan gaya hidupnya.
c.
Danazol.
Obat ini mengandung hormon androgen yang mirip
dengan testosteron pada pria. Khasiatnya adalah menurunkan kadar estrogen
sehingga timbul keadaan mirip menopause. Karena untuk tumbuhnya jaringan
endometriosis dipengaruhi oleh estrogen maka akibatnya adalah endometriosis
akan berhenti tumbuh jika kadar estrogen menurun. Pengaruh sampingan obat ini
adalah timbul jerawat dan kulit berminyak, gejolak panas diseluruh tubuh,
retensi cairan dan berat badan bertambah. Umumnya terjadi pertumbuhan rambut
abnormal pada daerah yang tidak semestinya dan suara memberat seperti pria.
Pengaruh sampingan ini akan hilang sendiri bila pengobatan dihentikan. Danazol
biasanya diberikan selama 2-9 bulan. Obat lain adalah Gestrinon yang
cara kerjanya dan pengaruh sampingnya mirip danazol. Biasanya dipakai dua kali
dalam seminggu.
d.
Agonis
GnRH.
Obat ini merupakan jenis hormon yang relatif
baru dipergunakan untuk pengobatan endometriosis. Dasar kerjanya meniru hormon
otak yang mengendalikan pelepasan hormon estrogen secara beraturan. Pengaruh
obat ini terhadap fungsi tubuh adalah membuat keadaan mirip menopause akibat
penurunan estrogen, dan sebagian membuat jaringan endometrium mati. Agonis GnRH
diberikan dengan berbagai cara
1)
Penyemprotan melalui lubang hidung (nasal
spray) yang harus disemprotkan beberapa kali dalam sehari. Dengan cara ini
yang penting adalah tidak terjadinya kelebihan dosis.
2)
Obat lain yang masih segolongan
adalah yang diberikan dalam bentuk suntikan depot bulanan. Contohnya, adalah small
biodegradable pellet yang diletakkan di bawah kulit dan bekerja melepaskan
obat yang terkandung di dalamnya secara teratur selama empat minggu (28 hari).
Pengobatan
biasanya selesai kurang lebih dalam 6 bulan. Agonis GnRH juga menyebabkan
pengaruh sampingan, mirip menopause. Gejalanya adalah gejolak panas, vagina
kering dan perubahan emosi. Selain itu dapat terjadi kehilangan kalsium tulang
dalam jumlah kecil, yang pulih setelah pengobatan dihentikan.
e.
Penghambat
aromatase (aromatase inhibitor).
Obat ini merupakan gene-rasi terbaru
dari jenis obat anti-endometriosis. Pemakaiannya didasarkan pada temuan
terkini, bahwa endometriosis ternyata merupakan proses di dalam sel abnormal
yang dapat berdiri sendiri atas kerja enzim atomatase. Oleh karena sifat proses
tersebut, dapatlah diterangkan sekarang mengapa endometriosis juga sering
ditemukan pada wanita meski sudah mengalami menopause. Keuntungan obat ini
adalah proses endometriosis dapat dite-kan tanpa mengganggu proses pekembangan
folikel di indung telur. Itulah mengapa selama pemberian obat ini, dapat
terjadi kehamilan. Begitu dike-tahui hamil, obat ini harus segera dihentikan.
Pemberian obat ini dapat dilakukan selama 6 bulan berturut-turut.
3.
Pembedahan
Selain dengan obat, pembedahan juga
merupakan pilihan lain untuk pengobatan endometriosis. Ada dua macam pembedahan
yaitu:
a. pembedahan
konservatif
b.
pembedahan radikal.
Pada pembedahan konservatif,
dilakukan hanya pengangkatan atau penghancu-ran jaringan endometriosis yang
terlihat saja. Pembedahan ini dapat dilakukan secara laparoskopi operatif.
Dengan bantuan alat-alat yang sangat kecil, melalui teropong, jaringan
endometriosis dapat diangkat atau dihancurkan. Kadangkala digunakan sinar
laser. Dibandingkan dengan operasi besar (laparotomi) maka laparoskopi operatif
ini lebih kecil risikonya karena sayatan pada dinding perut dibuat sangat
kecil, sehingga rongga perut tidak terlihat ke luar.
Pada
pembedahan radikal, selain pengangkatan jaringan endometriosis, diangkat pula
satu atau lebih organ reproduksi lainnya termasuk rahim. Tindakan ini
ter-kadang diperlukan pada kasus endometriosis yang sangat sukar diatasi,
terutama pada wanita yang sudah tidak ingin lagi mempunyai anak. Akibat
pembedahan radikal ini, sudah tentu wanita tersebut tidak akan mengalami haid
lagi.
Namun kini
lebih banyak wanita, jika mungkin, memilih mempertahankan indung telurnya dan
meminta rahimnya saja yang diangkat. Tetapi sebenarnya indung telur itu adalah
penghasil estrogen yang membuat jaringan endometrium dan endometriosis
bertumbuh. Oleh karena itu pengangkatan indung telur tersebut tetap perlu
dipikirkan. Apabila diangkat maka biasanya hormon estrogen peng-ganti masih
perlu di berikan yang dikenal sebagai sulih hormon. Ini penting untuk
mengendalikan gejala awal pramenopause akibat hilangnya indung telur.
Sayangnya, sulih hormon ini dapat juga menyebabkan jaringan endometriosis
kembali tumbuh sehingga mungkin sulih hormon akan dilakukan setelah jaringan
tersebut dianggap mati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar