Sabtu, 11 Mei 2013

Epidemiologi kesehatan DIV




by : Pitria Wulandari


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Demam Berdarah dengue adalah salah satu bentuk klinis dari penyakit akibat infeksi dengan virus dengue pada manusia sedangkan manifestasi klinis dan infeksi virus dengue dapat berupa demam dengue dan demam berdarah dengue.
Dengue adalah penyakit daerah tropis dapat ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti, nyamuk ini adalah nyamuk rumah yang menggigit pada siang hari.
Penyakit demam berdarah dengue merupakan masalah kesehatan di Indonesia hal ini tampak dari kenyataan seluruh wilayah di Indonesia mempunyai resiko untuk terjangkit penyakit demam berdarah dengue. Sebab baik virus penyebab maupun nyamuk penularanya sudah tersebar luas diperumahan perumahan penduduk.
Walaupun angka kesakitan penyakit ini cenderung meningkat  dari tahun ke tahun sebaliknya angka kematian cenderung menurun , karena semakin dini penderita mendapat penanganan oleh petugas kesehatan yang ada di daerah –daerah.

B.     Tujuan
Penyakit Demam Bedarah meningkat pertumbuhannya sehingga diharapkan makalah sederhana ini dapat menjelaskan kepada masyarakat luas agar tetap waspada serta menanggulangi dan mampu untuk mengenali dan memberikan pertolongan pertama terhadap penyakit ini. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dipahami bahwa demam berdarah merupakan suatu konsep yang bertujuan.

1.      Tujuannya agar bisa mengetahui Gejala Demam Berdarah Dengue yang dialami oleh penderita penyakit ini.
2.      Agar bisa mengetahui cara pengobatan yang mudah dan praktis.
3.      Agar bisa mencegah datangnya penyakit Demam Berdarah Dengue.





BAB II
      TINJAUAN PUSTAKA
A.    Definisi
Demam berdarah dengue adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama.

B.     Etiologi
     Virus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus (Arbovirus) yang sekarang dikenalsebagai genusflavivirus, familio flavivisidae dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu :DEN –1, DEN –2, DEN –3, DEN –4.
Di Indonesia pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa Rumah Sakit menunjukkan keempat serotipe di temukan dan bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe DEN –3 merupakan serotipe yang dominandan diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat.
C.    Patogenesis
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama mungkin memberi gejala sebagai demam dengue. Reaksi yang amat berbeda akan tampak bila seseorang mendapat infeksi yang berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan.    Hipotesis infeksi sekunder (the secamdary heterologous infection/ the sequential infection hypothesis) menyatakan bahwa demam berdarah dengue dapat terjadi bila seseorang setelah terinfeksi dengue pertama kali mendapat infeksi berulang dengue lainnya. Re – infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi amnestif antibodi yang akan terjadi dalam beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan transformasi limsofit dengan menghasilkan titik tinggi antibodi Ig G antidengue.
Disamping itu replikasi virus dengue terjadi juga dalam limsofit yang bertransformasi dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah banyak. Hal ini akan mengakibatkan terbentuknya virus kompleks antigen – antibodi (virus antibody complex) yang selanjutnya akan mengakibatkan aktivasi sistem komplemen pelepasan C3a dan C5a akibat aktivasi C3 dan C5 menyebabkan peningkatan permeabilitis dinding pembuluh darah dan merembesnya plasing dari ruang intravascular ke ruang ekstravascular.

D.    Patofisiologi
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan demam dengue dengan demam berdarah dengue ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktoksin, histamin dan serothin sert aktivasi sistim kalikrein yang berakibat ekstravasosi cairan intravascular. Hal ini mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipeproteinemia, efusidan syok. Plasma merembes selama perjalanan penyakit mulai dari saat permulaan demam dan mencapai puncaknya pada saat syok.
E.     Epidemiologi
Demam berdarah dengue di Indonesia pertama kali dicurigai terjangkit di Surabaya pada tahun 1968, tetapi kepastian virologiknya baru diperoleh pada tahun 1970. Demam berdarah dengue pada orang dewasa dilaporkan pertama kali oleh Swandana (1970) yang kemudian secara drastis meningkat dan menyebar ke seluruh Dati I di Indonesia.
 Faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus Demam Berdarah Dengue sangat kompleks, yaitu: Pertumbuhan penduduk yang tinggi, Urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali, Tidak ada kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah  endemis dan Peningkatan sarana transportasi.
Di Indonesia terjadinya karena suhu udara dan kelembaban tidak sama di setiap  tempat, maka pola terjadinya penyakit agak berbeda untuk setipa tempat. Di Jawa pada umumnya infeksi virus dengue terjadi mulai awal Januari, meningkat terus sehingga kasus terbanyak terdapat pada sekitar bulan April – Mei setiap tahun.

F.     Triad Epidemiologi
1.      Agent
Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus yang masuk kedalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk aedes aegypti betina(10). Virus dengue termasuk genus flavivirus dari keluarga flaviviridae(11). Virus yang berukurang kecil (50 nm) ini mengandung RNA berantai tunggal. Virionnya mengandung nukleokapsid berbentuk kubus yang terbungkus selubung lipoprotein. Genome virus dengue berukurang panjang sekitar 11.000 pasang basa dan terdiri dari tiga gen protein struktural yang mengodekan nukleokapsid atau protein inti (core, C) satu protein terikat membran (membrane,M) satu protein penyelubung (envelope, E) dan tujuh gen protein nonstruktural (nonstructural, NS).(11) Selubung glikoprotein berhubungan dengan hemaglutinasi virus dan aktivitas netralisasi. Virus dengue membentuk kompleks yang khas didalam genus flavivirus berdasarkan karakteristik antigenik dan biologisnya. Ada empat serotipe virus yang kemudian dinyatakan dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4.(10,11) Infeksi yang terjadi dengan serotipe manapun akan memicu imunitas seumur hidup terhadap serotipe tersebut. Walaupun secara antigenik serupa, keempat serotipe tersebut cukup bebeda di dalam menghasilkan perlindungan silang selama beberapa bulan setelah terinfeksi salah satunya.
Virus dengue dari keempat serotipe tersebut juga dihubungkan dengan kejadian epidemi demam dengue saat bukti yang ditemukan tentang DHF sangat sedikit atau bahkan tidak ada. Keempat virus serotipe tersebut juga menyebabkan epidemi DHF yang berkaitan dengan penyakit yang sangat berbahaya dan mematikan. Dapat menyerang semua umur baik anak anak maupun orang dewasa. Faktor penyebar  (vektor) penyakit DBD adalah Aedes aegypti dan aedes Albopictus .Penyakit ini termasuk termasuk dalam kelompok anthropod borne disease karena virus dengue sebagai penyebab demam berdarah hanya dapat ditularkan melalui nyamuk(8). Nyamuk aedes aegypti hidup di daratan rendah beiklim tropis- subtropis. Badan nyamuk relatif lebih kecil dibandingkan nyamuk yang lainnya. tubuh dan tungkain ditutupi sisik dengan garis garis putih keperakan. Di bagian punggung (dorsal) tubuhnya tampak dua garis melengkung vertikal dibagian kiri dan kanan yang menjadi ciri dari nyamuk spesies ini(11). Nyamuk ini sangat menyukai tempat yang teduh dan lembab, suka bersembunyi dibawah kerindangan pohon. Ataupun pada pakaian yang tergantung dan bewarna gelap. Nyamuk ini bertelur pada genangan air yang jernih yang ada dalam wadah pada air kotor ataupun air yang langsung bersentuhan dengan tanah. Hanya nyamuk wanita yang mengigit dan menularkan virus dengue.nyamuk aedes aegypty bersifat diurnal, yaitu aktif pada pagi dan siang hari(11). Umumnya mengigit pada waktu siang hari (09.00-10.00) atau sore hari pukul (15.00-17.00)(9). Nyamuk ini akan bertelur tiga hari setelah menghisap darah, karena darah merupakan sarana untuk mematangkan telurnya. Dalam waktu kurang dari delapan hari telur tersebut sudah menetas dan berubah menjadi jentik-jentik larva dan akhirnya menjadi nyamuk dewasa yang siap menggigit. Kemampuan terbang nyamuk mencapai radius 100-200 m.
2.      Host
Dalam hal ini manusia lah yang menjadi host atau target penyakit DBD. Meskipun penyakit DBD dapat menyerang segala usia beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak lebih rentan tertular penyakir yang berpontensi mematikan ini. Di Indonesia penderita penyakit DBD terbanyak berusia 5-11 tahun(11). Secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan jenis kelamin penderita tetapi angka kematian lebih banyak pada anak perempuan dibandingkan laki-laki. Anak-anak lebih rentan terkena penyakit ini salah satunya disebabkan oleh imunitas yang relatif lebih rendah di bandingkan orang dewasa. Manusia yang terkena gigitan nyamuk aedes aegypti tidak selalu dapat mengakibatkan demam berdarah dan virus dengue yang sudah masuk kedalam tubuh pun tidak selalu dapat menimbulkan infeksi. Jika daya tahan tubuh cukup maka dengan sendirinya virus tersebut dapat dilawan oleh tubuh. Sebelum seseorang terkena DBD, didalam tubuhnya telah ada satu jenis serotipe virus dengue (serangan pertama kali). Biasanya, serangan pertama kali ini menimbulkan demam dengue. Ia akan kebal seumur hidup terhadap serotipe yang menyerang pertama kali itu. Namun hanya akan kebal maksimal 6 bulan – 5 tahun terhadap serotipe virus dengue lain.
3.      Environment
Di Indonesia, penyakit DBD menjadi masalah kesehatan masyarakat karena jumlah penderitanya tinggi dan penyebarannya yang semakin luas, terutama di musim penghujan. Sejumlah pakar setuju bahwa kondisi ini juga di pengaruhi oleh budaya masyarakat yang senang menampung air untuk keperluan rumah tangga dan kebersihan dirinya. Hal ini menjadi faktor eksternal yang memudahkan seseorang menderita DBD. Nyamuk ini sangat senang berkembang biak di tempat penampungan air karena tempat itu tidak terkena sinar  matahari langsung. Nyamuk ini tidak dapat hidup dan berkembang biak di daerah yang berhubungan langsung dengan tanah.


Berikut ini tempat perkembangbiakan nyamuk, yaitu:
a.       Tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari, seperti drum, tangki, tempayan, bak mandi dan ember.
b.      Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari- hari, seperti tempat minum burung, vas bunga, perangkap semut, dan barang-barang bekas yang dapat menampung air.
c.       Tempat penampungan air alamiah, seperti lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang dan potongan bambu.
d.      Penelitaan juga menunjukkan di daerah dengan persediaan air tanpa PAM, perkembangan nyamuk aedes aegypti lebih tinggi karena penampungan air lebih banyak dibandingkan di daerah yang sudah tersedia air dengan saluran pipa. Di daerah ini air tidak perlu ditampung lebih dahulu sehingga nyamuk tidak sempat berkembang biak. Lingkungan memegang peranan yang besar dalam penyebaran penyakit demam berdarah sehingga menjaga lingkungan sekitar menjadi prioritas utama agar kasus DBD tidak terjadi lagi.


A.    Transmisi Penyakit Demam Berdarah
Virus dengue ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang infektif karena hanya nyamuk betina yang menghisap darah. Nyamuk aedes aegypti betina menyimpan virus dengue di  dalam telurnya. Menghisap darah untuk memperoleh asupan protein antara lain prostaglandin, yang diperlukan untuk bertelur. Infeksi virus dalam tubuh nyamuk dapat menyebabkan perubahan perilaku pada peningkatan kompetensi vektor, yaitu kemampuan nyamuk menyebarkan virus. Infeksi virus dengue dapat menyebabkan nyamuk kurang handal dalam menghisap darah, berkali-kali menusukkan alat penusuk dan penghisap darahnya (proboscis), tetapi tidak berhasil menghisap darah, sehingga nyamuk tidak berpindah dari satu orang ke orang lain. Akibatnya resiko penularan penyakit DBD semakin besar.


A.    Riwayat Alamiah Penyakit Demam Berdarah
Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengue, yaitu mausia, virus dan vektor perantara. Proses Penyakit Demam Berdarah Virus dengue dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti, Aedes Albopictus dan Aedes Polynesiensis dan beberapa spesies yang lain dapat juga menularkan virus ini sebagai vektor/pembawa ke tubuh manusia melalui gigitan.



 Infeksi yang pertama kali dapat menimbulkan gejala demam dengue saja. Apabila orang tersebut mendapat infeksi berulang oleh tipe virus dengue yang berlainan akan menimbulkan reaksi yang berbeda atau disebut Demam Berdarah Dengue (DBD). Virus dengue berkembang di limpa manusia lalu menyebar ke seluruh jaringan tubuh terutama ke sistem kulit melalui peredaran darah. Akibat virus ini, tubuh membentuk anti bodi untuk melawan virus dengue dengan cara mengaktifkan anafilatoksin C3a dan C5a, yang menimbulkan efek meningkatnya daya tahan permeabilitas dinding pembuluh darah. Hal inilah yang menimbulkan bintik-bintik merah pada kulit.


Menurut WHO(13), 1986, diagnosis DBD dapat ditegakkan apabila :
a.       Nyeri tekan terutama di otot-otot dan persendian
b.       Suhu badany ang tiba-tiba meninggi
c.       Demam yang berlangsung beberapa hari
d.      Kurva demam menyerupai pelana kuda, saat suhu tubuh mencapai   puncaknya (>38˚C) lalu turun secara perlahan-lahan.
e.       Adanya bintik-bintik merah pada kulit
f.         Leukopenia/Sel darah merah yang kurang dari normal.

1.             Masa inkubasi dan klinis
masa inkubasi penyakit DBD, yaitu sejak virus dengue menginfeksi manusia hingga menimbulkan gejala klinis antara 3-14 hari, rata-rata antara 4-7 hari(11).Tanda dan gejala amat bervariasi, dari yang ringan, sedang sampai ke perdarahan, serta kecendrungan terjadi renjatan/koma.
 

Dengan gejala , sebagai berikut :
a.    Demam
Demam tinggi yang mendadak, terus – menerus berlangsung selama 2- 7 hari, naikturun (demam bifosik). Kadang – kadang suhu tubuh sangat tinggi sampai 40°C dan dapat terjadi kejan demam. Akhir fase demam merupakan fase kritis pada demam berdarah dengue. Pada saat fase demam sudah mulai menurun dan pasien seajan sembuh hati – hati karena fase tersebut sebagai awal kejadian syok, biasanya pada hari ketiga dari demam.
b.    Tanda – tanda perdarahan
Penyebab perdarahan pada pasien demam berdarah adalah vaskulopati, trombosipunio gangguan fungsi trombosit serta koasulasi  intravasculer yang menyeluruh. Jenis perdarahan terbanyak adalah perdarahan bawah kulit seperti retekia, purpura, ekimosis dan perdarahan conjuctiva. Retekia merupakan tanda perdarahan yang sering ditemukan. Muncul pada hari pertama demam tetepai dapat pula dijumpai pada hari ke 3, 4, 5 demam. Perdarahan lain yaitu, epitaxis, perdarahan gusi, melena dan hematemesis.


a.    Hepatomegali
Pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit bervariasi dari haya sekedar diraba sampai 2 – 4 cm di bawah arcus costa kanan. Derajat hepatomegali tidak sejajar dengan beratnya penyakit, namun nyeri tekan pada daerah tepi hepar berhubungan dengan adanya perdarahan.
b.    Syok
Pada kasus ringan dan sedang, semua tanda dan gejala klinis menghilang setelah demam turun disertai keluarnya keringat, perubahan pada denyut nadi dan tekanan darah, akral teraba dingin disertai dengan kongesti kulit. Perubahan ini memperlihatkan gejala gangguan sirkulasi, sebagai akibat dari perembasan plasma yang dapat bersifat ringan atau sementara. Pada kasus berat, keadaan umum pasien mendadak menjadi buruk setelah beberapa hari demam pada saat atau beberapa saat setelah suhu turun, antara 3 –7, terdapat tanda kegagalan sirkulasi, kulit terabab dingin dan lembab terutama pada ujung jari dan kaki, sianosis di sekitar mulut, pasien menjadi gelisah, nadi cepat, lemah kecil sampai tidak teraba. Pada saat akan terjadi syok pasien mengeluh nyeri perut
1.    Peningkatan suhu secara tiba-tiba
2.    Nyeri pada kepala
3.    Nyeri pada otot dan tulang
4.    Mual dan kadang muntah
5.    Batuk ringan
6.    Pada mata dapat ditemukan pembengkakan
7.    Timbul bercak kemerahan pada lengan, kaki dan seluruh tubuh  pada hari ke-3 sampai ke-6.


Pada Masa klinis, derajat beratnya DBD dapat dibagi menjadi:
1.    Derajat satu/ringan :
a.       Demam mendadak selama 2 - 7 hari
b.      Perdarahan ringan
c.       Uji turniket / bendungan darah positif
2.    Derajat dua / sedang :
a.       Perdarahan pada kulit
b.      Perdarahan pada tempat yang lain seperti mimisan, gusi
c.       trombocyt sudah turun.
3.    Derajat tiga :
a.       Ditemukan tanda-tanda shock dini seperti pucat
b.      terjadi kegagalan sirkulasi darah.
4.     Derajat empat :
a.   sudah terjadi shock
b.  Nadi dan tekanan darah tidak terukur
Untuk menegakkan diagnosa Demam Berdarah, perlu pemeriksaan lebih lanjut di fasilitas pelayanan kesehatan.

1.              Masa Laten dan Periode Infeksi
   Penyakit DBD tidak ditularkan langsung dari orang ke orang. Penderita menjadi infektif bagi nyamuuk pada saat viremia, yaitu beberapa saat menjelang timbulnya demam hingga saat masa demam berakhir, biasanya berlangsung selama 3-5 hari. Nyamuk aedes aegypti menjadi infektif 8-12 hari sesudah menghisap darah penderita DBD sebelumnya(7). Selama periode ini nyamuk aede aegypti yang telah terinfeksi virus dengue ini akan tetap infektig selama hidupnya dan potensial menularkan virus dengue kepada manusia yang rentan lainnya.


A.     Pencegahan


Nyamuk Aedes Aegypti tersebar luas baik di rumah-rumah maupun di tempat-tempat umum, maka untuk memberantas penyakit DBD diperlukan peran serta masyarakat khususnya dalam memberantas nyamuk penularnya, guna mencegah dan membatasi penyebaran penyakit. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu :
1.    Lingkungan
Adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan menyebabkan manusia menjadi lebih mudah terpapar baik secara langsung maupun tak langsung dengan nyamuk Aedes Aegypti. Gaya hidup masyarakat akan menciptakan keadaan lingkungan yang sesuai dengannya dan akan menimbulkan penyakit yang sesuai pula dengan gaya hidupnya tadi. Pada penyakit DBD ini air pun mempunyai peranan penting yaitu sebagai sarang nyamuk penyebar penyakit. angka kejadian kasus penyakit DBD meningkat mulai bulan november dan mengalami puncak tertinggi pada bulan februari seiring dengan meningkatnya tinggi curah hujan pada bulan november sampai dengan bulan april.  perbedaan bulan antara peningkatan kasus penyakit DBD dengan tinggi curah hujan disebabkan karena nyamuk aedes aegypti memerlukan lingkungan hidup yang ideal untuk berkembang biak. Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia dan perbaikan desain rumah.
2.     Biologis
melaksanakan pengendalian lingkungan yang bertujuan mengurangi   atau menghilangkan vektor antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan kepala timah, ikan adu/ikan cupang) dan bakteri (Bt. H-14).

3.     Kimiawi
Pengendalian ini menggunakan bahan bahan kimia, antara lain dengan cara:
a.       Pengasapan/ Fogging massal, 2 siklus berjarak satu minggu. (dengan menggunakan malathion dan fenthion )
 

b.      Abatisasi, memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air.
1.          Pendidikan
Memberikan penyuluhan kesehatan, agar masyarakat benar-benar mengerti apa penyakit DBD itu, dan menyadari betapa pentingnya pencegahan penyakit DBD.
 Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan mengkombinasikan cara-cara diatas yang disebut dengan “3M Plus” yaitu menutup, menguras dan menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala, dll sesuai dengan kondisi setempat.



      J.   Pemeriksaan Laboraturium
1.      Darah
Pada demam berdarah dengue umum dijumpai trobositopenia (<100.000) dan hemokonsentrasi uji tourniquet yang positif merupakan pemeriksaan penting.
Masa pembekuan masih dalam batas normal, tetapi masa perdarahan biasanya memanjang. Pada analisis kuantitatif ditemukan masa perdarahan biasanya memanjang. Pada analisis kuantitatif ditemukan penurunan faktor II, V, VII, IX, dan X. Pada pemeriksaan kimia darah hipoproteinemia, hiponatremia, dan hipokloremia.
2.      Urine
Ditemukan albuminuria ringan
1.    Sumsum Tulang
Gangguan maturasi
2.    Serologi
a.    Uji serologi memakai serum ganda.
Serum yang diambil pada masa akut dan masa konvalegen menaikkan antibodi antidengue sebanyak minimal empat kali termasuk dalam uji ini pengikatan komplemen (PK), uji neutralisasi (NT) dan uji dengue blot
b.   Uji serologi memakai serum tunggal.
Ada tidaknya atau titer tertentu antibodi antidengue uji dengue yang mengukur antibodi antidengue tanpa memandang kelas antibodinya uji Ig M antidengue yang mengukur hanya antibodi antidengue dari kelas Ig M.

B.     Diagnosis
Diagnosis demam berdarah ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO tahun 1997 terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris.
1.      Kriteria Klinis
a.    Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus menerus selama 2 – 7 hari.
b.    Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan :
1.      Uji tourniquet positif
2.      Retekia, ekomosis, epitaksis, perdarahan gusi.\
3.      Hemetamesis dan atau melena.

c.    Pembesaran hati
d.   Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien tampak gelisah.
2.      Kriteria Laboratoris
a.       Trombositopenia (100.000 sel/ mm3 atau kurang)
b.      Hemokonsentrasi peningkatan hematoksit 20% atau lebih.
Dua kriteria pertama ditambah trombositopemia dan hemokonsentrasi atau peningkatan hematokrit cukup untuk menegakkan diagnosis klinis demam berdarah dengue.
Derajat Penyakit (WHO, 1997)
Derajat I         Demam disertai gejala tidak khas dan satu – satunya manifestasi ialah uji tourniquet positif.
Derajat II       Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain.
Derajat III      Didapatkan kegagalan sirekulasi, yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan mulut, kulit dingin atau lembab dan penderita tampak gelisah.
Derajat IV      Syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak terukur

Diagnosa Banding:
1.         Demam thyphoid
2.         Malaria
3.         Morbili
4.         Demam Chikungunya
5.         Leptospirosis
6.         Idiophatic Thrombocytopenia Purpura (ITP)


C.    Pengobatan
Pengobatan demam berdarah dengue bersifat simptomatik dan suportif yaitu pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi. Penderita diberi minum sebanyak 1,5- 2 liter dalam 24 jam,  Gastroenteritis oral solution/ kristal diare yaitu garam elektrolit (oralit) kalo perlu 1 sendok makan setiap 3- 5 menit, Paracetamol membantu menurunkan demam,    Apabila cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena muntah atau nyeri perut yang berlebihan maka cairan intravena perlu diberikan.
Cairan pengganti :
1.      Larutan fisiologis NaCl
2.      Larutan Isotonis ringer laktat
3.      Ringer asetat
4.      Glukosa 5 %
Medikamentosa yang bersifat simptomatis :
1.        Untuk hiper
pireksia dapat diberikan kompres es dikepala, ketiak, inguinal.
2.      Antipiretik sebaiknya dari asetaminofen, eukinin atau dipiron.
3.      Antibiotik diberikan jika ada infeksi sekunder.
Belum ada obat untuk melumpuhkan virus dengue. Yang dilakukan dalam penanggulangan DBD hanya memberikan infus sedini mungkin
Contoh cara menanggulangi sakit demam berdarah pada anak:
Bila anak tidak muntah-muntah, berikan minum banyak. Tujuan utamanya adalah mengganti cairan yang merembes melalui dinding pembuluh darah. Untuk menurukan demam boleh diberi obat penurun panas, sebaiknya dari golongan parasetamol seperti panadol atau tempra. Antibiotic berguna untuk mencegah infeksi sekunder . Atau anak dikompres dingin pada jidat, puncak kepala atau di atas dada sebelah kiri.

Lakukan kompres dingin ini, tidak perlu dengan es karena bisa berdampak syok. Bahkan beberapa tim medis menyarankan kompres dapat dilakukan dengan alkohol. Pengobatan alternative yang umum dikenal adalah dengan meminum jus jambu biji Bangkok, namun khasiatnya belum pernah dibuktikan secara medic, akan tetapi jambu biji kenyataannya dapat mengembalikan cairan intervena dan peningkatan nilai trombosit darah.
Kesulitan timbul bila anak muntah muntah terus. Sampai apapun yang masuk langsung dimuntahkan. Pada kondisi begini anak harus dilarikan kerumah sakit untuk diberikan cairan melalui infus. 




   BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
1.        Demam berdarah dengue (DBD) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk pada hari kedua.
2.        Virus dengue tergolong dalam grup Flaviviridae dengan 4 serotipe, DEN –3 merupakan serotie yang paling banyak.
3.        perlu kewaspadaan tinggi terhadap penyakit DBD teruta pada musim penghujan
4.        Vektor utama dengue di Indonesia adalah Aedes Aegypti.
5.        Gejala utama demam berdarah dengue (DBD) adalah demam, pendarahan, hepatomegali dan syok.
6.        Kriteria diagnosis terdiri dari kriteria klinis dan kriteria laboratoris. Dua kriteria klinis ditambah trombosipenia dan peningkatan hmatokrit cukup untuk menegakkan diagnosis demam berdarah dengue.
7.        Penatalaksanaan demam berdarah dengue bersifat simtomatif yaitu mengobati gejala penyerta dan suportif yaitu mengganti cairan yang hilang.
8.        cara yang paling efektif untuk mencegah DBD adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan “3M Plus” yang melibatkan seluruh masyarakat serta disesuaikan dengan kondisi setempat.

B.   Saran
1.      perlunya digalakkan gerakan “3m Plus” tidak hanya bila terjadi wabah tetapi harus dijadikan gerakan nasional melalui pendekatan masyarakat.
2.      perlunya meningkatkan pemahaman, kesadaran, sikap dan perubahan perilaku masyarakat terhadap penyakit DBD.

3.      Sebagai tenaga kesehatan harus sering melaksanakan penyuluhan agar masyarakat dapat memahami dan mengerti tentang demam berdarah.
4.      Pemerintah juga harus selalu waspada akan penyebaran demam berdarah dan dampak dari demam berdarah.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar