Senin, 13 Mei 2013

NAMA : RISWANTI SEPTIANI

NIM 030112b065


Komplikasi Kelainan Penyakit dalam Persalinan (penyulit kala I dan kala II) Distosia kelainan jalan lahir”.


BAB I
PENDAHULUAN

A.   LATAR BELAKANG

Kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu perhatian dari World Health Organisation (WHO) karena angka kematian ibu dan anak merupakan bagian dari negara Asean yang mempunyai angka kematian Ibu dan Anak yang masih tinggi dibandingkan dengan negara lain.Walaupun 85% persalinan berjalan normal, namun 15 %-nya dijumpai komplikasi yang memerlukan penanganan khusus. Antenatal care yang baik dapat mencegah komplikasi. Masalah dinegara berkembang adalah tentang fasilitas rumah sakit, sosio-budaya dan sosio-medis masih memegang peranan dibandingkan dengan Negara-negara maju. (Sinopsis Obstetri 1998:101)
Persalinan normal suatu keadaan fisiologis, normal dapat berlangsung sendiri tanpa intervensi penolong. Kelancaran persalinan tergantung 3 faktor ”P” utama yaitu kekuatan ibu (power), keadaan jalan lahir (passage) dan keadaan janin (passanger). Faktor lainnya adalah psikologi ibu (respon ibu) , penolong saat bersalin, dan posisi ibu saat persalinan. Dengan adanya keseimbangan atau kesesuaian antara faktor-faktor “P” tersebut, persalinan normal diharapkan dapat berlangsung. Bila ada gangguan pada satu atau lebih faktor “P” ini, dapat terjadi kesulitan atau gangguan pada jalannya persalinan. Untuk berhasilnya suatu persalinan spontan, harus diperhatikan 3 faktor penting yaitu jalan lahir, janin, dan kekuatan-kekuatan pada ibu.
Jalan lahir dibagi atas :
Bagian tulang terdiri dari tulang panggul dan sendi-sendinya.
Bagian lunak terdiri dari otot-otot, jaringan dan ligamentum.
Karena panggul berbentuk khas, sukar untuk menetapkan masing-masing bidang pada lokasi yang tepat. Untuk memudahkan, ditentukan 3 bidang khayal dalam rongga panggul : Pintu atas panggul, Ruang tengah panggul, Pintu bawah panggul. (Asrinah, 2010)

B.   RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka rumusan masalah dalam penulisan ini adalah komplikasi kelainan penyakit dalam persalinan (penyulit kala I dan kala II) Distosia kelainan jalan lahir :
Kesempitan PAP, kesempitan bidang tengah pelvis, kesempitan PBP

C.   TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.    Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan IV (patologi) tentang komplikasi kelainan penyakit dalam persalinan (penyulit kala 1 dan kala II) Distosia kelainan jalan lahir :
·         Kesempitan PAP
·         Kesempitan bidang tengah pelvis
·         Kesempitan PBP
2.    Memahami dan mengerti tentang Distosia yaitu definisi, etiologi, macam- macam Distosia, Diagnosis, Prognosis distosia, Komplikasi Distosia, Penatalaksanaan.

D.   MANFAAT

Bagi mahasiswa :

1.    Meningkatkan pengetahuan dan teori serta praktek
2.    Mahasiswi bisa lebih kompeten dalam memberi asuhan kebidanan
3.    Mendeteksi dini kemungkinan adanya penyulit / masalah dalam persalinan

Bagi umum :

1.    Mengurangi angka kematian maternal dan neonatal
2.    Meningkatkan kesadaran diri terhadap ibu agar memeriksakan dirinya secara rutin pada waktu kehamilan agar dapat mengetahui adanya komplikasi pada ibu dan janinnya.










BAB II
TINJAUAN TEORI

a.    DISTOSIA KELAINAN JALAN LAHIR
1.    Pengertian
Distosia adalah kelambatan atau kesulitan dalam jalannya persalinan. Distosia karena kelainan jalan lahir adalah distosia yang disebabkan karena adanya kelainan pada jaringan keras / tulang panggul, atau kelainan pada jaringan lunak panggul.

b.    DISTOSIA KELAINAN JALAN LAHIR KERAS/KELAINAN PANGGUL

1.    Pengertian
Distosia karena kelainan jalan lahir adalah distosia yang disebabkan karena adanya kelainan pada jaringan keras / tulang panggul.
2.     Etiologi
Distosia kelainan jalan lahir disebabkan karena adanya kelainan pada jaringan keras / tulang panggul.(Sujiyatini dkk,2009)
3.    Macam – Macam Distosia Jalan Lahir keras/ kelainan panggul
a.    Kesempitan Pintu Atas Panggul
Pintu atas panggul dianggap sempit kalau konjugata vera kurang dari 10 cm atau kalau diameter transversa kurang dari 12 cm. kesempitan pada konjugata vera (panggul picak) umumnya lebih menguntungkan daripada kesempitan pada semua ukuran (panggul sempit seluruhnya). Oleh karena pada panggul sempit kemungkinan lebih besar bahwa kepala tertahan oleh pintu atas panggul, maka dalam hal ini serviks uteri kurang mengalami tekanan kepala. Hal ini dapat mengakibatkan inersia uteriserta lambannnya pendataran dan pembukaan serviks. Apabila pada panggul sempit pintu atas panggul tidak tertutup dengan sempurna oleh kepala janin, ketuban bisa pecah pada pembukaan kecil dan ada bahaya pula terjadinya prolapsus funikuli. Pada panggul  turunnya kepala bisa tertahan dengan akibat terjadinya defleksi kepala, sedang pada panggul sempit seluruhnya ditemukan rintangan pada semua ukuran; kepala memasuki rongga panggul dengan hiperfleksi.
Bisa juga melalui perkiraan diameter AP – Pintu Atas Panggul dilakukan melalui pengukuran Conjugata Diagonalis secara manual (VT) dan kemudian dikurangi 1.5 cm ; sehingga kesempitan pintu atas panggul sering ditegakkan bila ukuran CD kurang dari 11,5 cm.
Pada kehamilan aterm, ukuran rata-rata diameter biparietal – BPD 9.5 – 9.8 cm. Sehingga kepala janin yang normal tidak mungkin dapat melalui panggul bila diameter AP – Pintu Atas Panggul .
Perlu diingat bahwa ibu yang bertubuh kecil, biasanya memiliki panggul yang kecil namun anak dalam kandungannya biasanya juga kecil. Dalam keadaan normal, bila ketuban masih utuh dilatasi servik terjadi melalui tekanan hidrostatik pada selaput ketuban atau bila sudah pecah, dilatasi servik terjadi akibat tekanan langsung bagian terendah janin terhadap servik. Pada kasus kesempitan panggul dimana kepala janin masih berada diatas Pintu Atas Panggul, semua tekanan hidrostatik disalurkan pada bagian selaput ketuban yang berada diatas ostium uteri internum sehingga sering terjadi peristiwa Ketuban Pecah Dini-KPD pada kasus kesempitan Pintu Atas Panggul. Setelah ketuban pecah, tidak adanya tekanan hidrostatik selaput ketuban pada servik dan Segmen Bawah Rahim menyebabkan kontraksi uterus menjadi tidak efektif bagi jalannya persalinan.
Kesempitan Pintu Atas Panggul merupakan predisposisi terjadinya kelainan presentasi.Pada wanita dengan kesempitan panggul, angka kejadian letak muka dan letak lintangmeningkat 3 kali lipat dan angka kejadian prolapsus talipusat meningkat 5 – 6 kali lipat.
b.    Kesempitan Bidang Tengah Panggul
Dengan sacrum melengkung sempurna, dinding-dinding panggul tidak berkonvergensi, foramen iskiadikum mayor cukup luas, dan spina iskiadika tidak menonjol ke dalam, dapat diharapkan bahwa panggul tengah tidak akan menyebabkan rintangan bagi lewatnya kepala janin. Apabila ukuran antara spina kurang dari 9 cm, perlu kita waspada terhadap kemungkinan kesukaran pada persalinan, apalagi bila diameter sagitalis posterior juga pendek. Pada panggul tengah yang sempit, lebih sering ditemukan posisi oksipitalis posterior persisten atau presentasi kepala dalam posisi lintang tetap (transverse arrest).
Kejadian ini sering menyebabkan kejadian “deep tranverse arrest” ( LETAK MALANG MELINTANG RENDAH ) pada perjalanan persalinan dengan posisi occipitalis posterior ( sebuah gangguan putar paksi dalam akibat kesempitan Bidang Tengah Panggul ).
Bidang obstetrik Bidang Tengah Panggul terbentang dari tepi bawah simfisis pubis melalui spina ischiadica dan mencapai sacrum didekat pertemuan antara vertebra sacralis 4 – 5. Garis penghubung kedua spina ischiadica membagi Bidang Tengah Panggul menjadi bagian anterior dan bagian posterior.
Batas anterior bagian anterior Bidang Tengah Panggul adalah tepi bawah Simfisis Pubis dan batas lateralnya adalah rami ischiopubic. Batas dorsal bagian posterior Bidang Tengah Panggul adalah sacrum dan batas lateralnya adalah ligamentum sacrospinosum.
Ukuran rata-rata Bidang Tengah Panggul :
·         Diameter tranversal (interspinous) = 10.5 cm
·         Diameter AP (tepi bawah SP sampai pertemuan S4 – S5) 11.5 cm
·         Diameter Sagitalis Posterior – DSP ( titik pertengahan diameter interspinous dengan pertemuan S4 – S5) 5 cm
Kesempitan BTP tidak dapat dinyatakan secara tegas seperti halnya kesempitan PAP. Chen dan Huang ( 1982) : BTP diperkirakan mengalami kesempitan bila jumlah dari Diameter Interspinous + DSP ( normal 10.5cm + 5cm = 15.5 cm) kurang dari 13.5 cm. Dengan demikian maka BTP diduga mengalami penyempitan bila diameter interspinous. Dugaan klinik adanya kesempitan BTP adalah bila pada pemeriksaan panggul teraba adanya penonjolan spina ischiadica yang menyolok.
c.    Kesempitan Pintu Bawah Panggul
Pintu bawah panggul merurpakan bidang yang tidak datar, tetapi terdiri atas segitiga depan dan segitiga belakang yang mempunyai dasar yang sama, yakni distansia tuberum. Apabila ukuran yang terakhir ini lebih kecil daripada biasa, maka sudut arkus pubis mengecil pula (kurang dari 80°).
Pintu bawah panggul terdiri atas 2 segitiga dengan jarak dengan jarak antar tuberum sebagai dasar bersamaan.
Ukuran-ukuran yang penting ialah :
1.    Diameter transversa (diameter antar tuberum)          : 11cm
2.    Diameter anterior posterior dari pinggir bawah sympisis ke ujung os sacrum                                                                       : 11,5 cm
3.    Diameter sagitalis posterior dari pertengahan diameter antar tuberum ke ujung os sacrum                                                            : 7,5 cm
Maka menurut Thomas, distosia dapat terjadi kalau jumlah ukuran antar tuberum dan diameter sagitalis posterior < 15 cm (normal 11cm + 7,5 cm = 18,5 cm).Distosia akibat kesempitan Pintu Bawah Panggul saja jarang terjadi mengingat bahwa kesempitan PBP hampir selalu disertai dengan kesempitan Bidang Tengah Panggul.
     Hubungan antara kepala dengan pintu bawah panggul :
1.    Pintu bawah panggul anak lahir spontan.
2.    Pintu bawah panggul sempit tapi diameter sagitalis posterior cukup, sehingga anak dapat lahir tetapi agak kebelakang.
3.    Pintu bawah panggul sempit, juga diameter sagitallis posteriornya, sehingga anak tak dapat lahir.( Obstetri patologi 1984 : 215 )

4.    Penatalaksanaan
Cunam tinggi dengan menggunakan axis-traction forceps dahulu dilakukan untuk membawa kepala janin – yang dengan ukuran besarnya belum melewati pintu atas panggul – ke dalam rongga panggul dan terus keluar. Tindakan ini ini sangat berbahaya bagi janin dan ibu, kini diganti oleh seksio sesarea yang jauh lebih aman. Induksi partus prematurus umumnya juga tidak dilakukan lagi. Keberatan tindakan ini ialah kesulitan untuk menetapkan apakan janin walaupun belum cukup bulan, sudah cukup tua dan besar untuk hidup dengan selamat di luar tubuh ibu dan apakah kepala janin dapat dengan aman melewati kesempitan pada panggul ibu.
Selain seksio sesarea, dapat pula dilakukan partus percobaan, simfisiotomia dan karsiotomia. Namun simfisiotomia jarang sekali dilakukan di Indonesia, sedangkan kraniotomia hanya dilakukan pada janin mati.
a.    Seksio sesarea
Seksio sesarea dapat dilakukan secar elektif atau primer, yakni sebelum persalinan mulai atau pada awal persalinan, dan secara sekunder, yakni sesudah persalinan berlangsung selama beberapa waktu.
Seksio sesarea elektif direncanakan lebih dahulu dan dilakukan pada kehamilan cukup bulan karena kesempitan panggul yang cukup berat, atau karena terdpat disproporsi sefalopelvik yang nyata. Selain itu seksio tersebut diselenggarakan pada kesempitan ringan apabila ada factor-faktor lain yang merupakan komplikasi, seperti primigrvida tua, kelainan letak janin yang tidak dapat diperbaiki, kehamilan pada wanita yang mengalami masa infertilitas yang lama, penyakit jantung dan lain-lain.
Seksio sesarea sekundar dilakukan karena persalinan percobaan dianggap gagal, atau karena timbul indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas mungkin, sedang syarat-syarat untuk persalinan per vaginam tidak atau belum dipenuhi.
b.    Persalinan percobaan
Setelah pada panggul sempit berdasarkan pemeriksaan yang teliti pada hamil tua diadakan penilaian tentang bentuk serta ukuran-ukuran panggul dalam semua bidang dan hubungan antara kepala janin dan panggul.
Setelah dicapai kesimpulan bahwa ada harapan bahwa persalinan dapat berlangsung per vaginam dengan selamat, dapat diambil keputusan untuk menyelenggarakan persalinan percobaan. Dengan demikian persalinan ini merupakan suatu test terhadap kekuatan his dan daya akomodasi, termasuk moulage kepala janin; kedua faktor ini tidak dapat diketahui sebelum persalinan berlangsung selama beberapa waktu.
Pemilihan kasus-kasus untuk persalinan percobaan harus dilakukan dengan cermat. Di atas sudah dibahas indikasi-indikasi untuk seksio sesarea elektif; keadaan-keadaan ini dengan sendirinya merupakan kontra indikasi untuk persalinan percobaan. Selain itu, janin harus berada dalam presentasi kepala dan tuanya kehamilan tidak lebih dari 42 minggu. Karena kepala janin bertambah besar serta lebih sukar mengadakan moulage, dan berhubung dengan kemungkinan adanya disfungsi plasenta, janin mungkin kurang mampu mengatasi kesukaran yang dapat timbul pada persalina percobaan. Perlu disadari pula bahwa kesempitan panggul dalam satu bidang, seperti pada panggul picak, lebih menguntungkan daripada kesempitan dalam beberapa bidang. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1.    Pengawasan terhadap keadaan ibu dan janin. Pada persalina yang agak lama perlu dijaga agar tidak terjadi dehidrasi dan asidosis
2.    Pengawasan terhadap turunnya kepala janin dalam rongga panggul. Karena kesempitan pada panggul tidak jarang dapat menyebabkan gangguan pada pembukaan serviks
3.    Menentukan berapa lama partus percobaan dapat berlangsung
c.    Simfisiotomi
Simfisotomi ialah tindakan untuk memisahkan tulang panggul kiri dari tulang panggul kanan pada simfisis agar rongga panggul menjadi lebih luas. Tindakan ini tidak banyak lagi dilakukan karena terdesak oleh seksio sesarea. Satu-satunya indikasi ialah apabila pada panggul sempit dengan janin masih hidup terdapat infeksi intrapartum berat, sehingga seksio sesarea dianggap terlalu berbahaya.
d.    Kraniotomi
Pada persalinan yang dibiarkan berlarut-berlarut dan dengan janin sudah meninggal, sebaiknya persalina diselesaikan dengan kraniotomi dan kranioklasi. Hanya jika panggul demikian sempitnya sehingga janin tidak dapat dilahirkan dengan kraniotomi, terpaksa dilakukan seksio sesarea.


C.   DISTOSIA KELAINAN JALAN LAHIR KERAS/KELAINAN PANGGUL KARENA KELAINAN UKURAN PANGGUL (PANGGUL SEMPIT)

1.      Pengertian
Panggul disebut sempit apabila ukurannya 1 – 2 cm kurang dari ukuran yang normal. Kesempitan panggul bisa pada inlet, midpelvis, outlet atau kombinasi dari ketiganya.
2.      Klasifikasi
Pembagian panggul sempit :
a.    Kesempitan pintu atas panggul (pelvic inlet)
1)    Pembagian tingkatan panggul sempit
a)    Tingkat I : CV = 9 -10 cm = borderline
b)    Tingkat II : CV = 8 - 9 cm = relatif
c)    Tingkat III : CV = 6 - 8 cm = ekstrim
d)    Tingkat IV : CV = 6 cm = mutlak (absolut)
2)    Pembagian menurut tindakan
SC primer = 11 cm ........................ partus biasa
a)    CV = 8 – 10 cm =...............partus percobaan
b)    CV = 6 – 8 cm = ................SC primer
c)    CV = 6 cm =.......................SC mutlak (absolut)
Inlet dianggap sempit bila CV kurang dari 10cm atau diameter transversa kurang dari 12 cm karena biasanya diukur adalah konjungtiva diagonalis (CD) maka inlet dianggap panggul sempit bila CD kurang dari 11,5cm
image
Mengukur Conjugata Diagonalis
b.    Kesempitan mid pelvis
Terjadi bila :
1)    Diameter interspinarum 9 cm atau
2)    Kalau diameter transversa ditambahkan dengan diameter sagitalis posterior kurang dari 13,5 cm.
Kesempitan midpelvis hanya dapat dipastikan dengan rontgen pelvinometri. Dengan pelvimetri klinik, hanya dapat dipikirkan kesempitan midpelvis kalau :
·         spina menonjol  partus akan tertahan, disebut MIDPELVIC ARREST 
·         side walls konvergen
·         ada kesempitan outlet
Mid pelvic contraction dapat memberi kesulitan sewaktu partus sesudah kepala melewati pintu atas panggul. Adanya kesempitan ini sebetulnya merupakan kontraindikasi untuk forceps karena daun forceps akan menambah sempitnya ruangan.
c.    Kesempitan outlet
Adalah bila diameter tranversal dan diameter sagitalis posterior kurang dari 15 cm. Kesempitan outlet, meskipun tidak menghalangi lahirnya janin, namun dapat menyebabkan perineal ruptur yang hebat, karena arkus pubis sempit sehingga kepala janin terpaksa melalui ruangan belakang.
3.       Diagnosis
Kita selalu memikirkan kemungkinan panggul sempit, bila ada seorang primigravida pada akhir kehamilan kepala anak belum masuk pap dan ada kesalahan letak janin
a.    Anamnesis
Kepala tidak masuk pap dan adanya riwayat kesalahan letak ( Lli letak bokong). Partus yang lalu berlangsung lama, anak mati atau persalinan di tolong dengan alat-alat(ekstrasi vakum atau forcep) dan operasi.
b.    Inspeksi
Ibu kelihatan pendek ruas tulang-tulangnya atau ada skolrosis. Kelainan panggul liar(ractritis, dsb) kalau kepala terdepan belum masuk pap kelihatan kontur seperti kepala menonjol diatas simfisis.
c.    Palpasi
Kepala tidak masuk pap atau masih goyang dan terdapat tanda dan OSBORN, yaitu kepala didorong kearah pap dengan satu tangan diatas simpisis pubis sedang tangan lain tegak lurus pada kepala yang menonjol.
(+) = 3jari
(-)  = masuk pap
(±)  = antara
Kesalahan-kesalahan letak
d.    Pelvimetri Klinis
1)    Pemeriksaan panggul luar           :    apaka ukuranya kurang dari normal
2)    Pemeriksaan dalam (VT)            : apakah promotorium teraba, lalu  diukur CD dan CV ; linea inominata teraba keseluruhan atau tidak, spina ischiadika dll.
e.    Rongen pelvimetri
Dari foto dapat kita tentukan ukuran-ukuran CV ;  CO = apakah kurang dari normal; CT; serta imbang kepala panggul.

4.      Mekanisme persalinan
Bila panggul sempit dalam ukuran muka belakang dan CV kurang dari 9 cm maka diaemeter ini tidak dapat dilaluli oleh diameter biparitealis dan janin yang cukup bulan. Maka dari itu kalau kepala sudah turun biasanya terjadi defleksi sehingga yang melewati di anterior posterior adalah diameter bitemporalis.
Jadi pada panggul sempit sering ditemukan letak defleksi. Karena panggul sempit maka persalinan berlangsung lama. Karena adanya obstruksi pada :
KALA I: kepala tidak masuk pap maka pembukaan berlangsung lama dan kemungkinan ketuban pecah sebelum waktunya. Setelah ketuban pecah, kepala tidak dapat menekan serviks kecuali his keras sekali sehingga terjadi moulague yang hebat pada kepala. Jalanya pembukaan dapat menentukan prognosa. Bila pembukaan lancar; baik, bila pembukaan lambat;maka besar kemungkinan janin tidak dapat melewati panggul.
KALA II: menjadi lama karena dibutuhkan waktu untuk turunya kepala dan moulague.

5.       Komplikasi Pada Kehamilan
a.    Pada kehamilan lanjut, inlet yang sempit tidak dapat dimasuki bagian terbawah janin menyebabkan fundus ueri tetap tinggi dengan keluhan sesak, sulit bernafas, terasa penuh di ulu hati, dan perut bsar






b.    Dijumpai komplikasi pada kehamilan seperti, abdomen pendulus (perut gantung)
image
Perut Gantung (Pendulus Abdomen)

6.      Tanda dan Gejala
a.    Bagian terbawah anak goyang dan tes osborn (+)
b.    Dijumpai kesalahan-kesalahan letak presentasi dan posisi
c.    Fleksi kepala tidak ada, bahkan setelah persalinan dimulai
d.    Sering dijumpai tali pusat terkemuka dan menumbung

7.      Komplikasi
a.    Saat persalinan
Komplikasi panggul sempit pada persalinan tergantung pada kesempitan panggul.
1)    Persalinan akan berlangsung lama
2)    Sering dijumpai ketuban pecah dini
3)    Karena kepala tidak mau turun dan ketuban sudah pecah sering tali pusat menumbung.
4)    Maulague kepala berlangsung lama
5)    Sering terjadi insertia uterus sekunder
6)    Pada panggul sempit menyeluruh bahkan didapati insersia uteri primer
7)    Partus yang lama akan menyebabkan peregangan SBR dan bila berlarut-larut akan menyebabkan ruptur uteri.
8)    Dapat terjadi simfisiolisis, infeksi intra partal
9)    Partus lama mengakibatkan penekanan yang lama pada jaringan lunak menyebabkan edema dan hematoma jalan lahir yang kelak akan menjadi nekrotik dan terjadilah fistula.
b.    Pada anak
1)    Infeksi intra partal
2)    Kematian janin intra partal
3)    Prolaps funikuli
4)    Perdarahan intrakranial
5)    Caput succedaneum dan chepalo hematoma yang besar
6)    Robekan pada tentorium serebri dan perdarahan otak karena moulage yang hebat dan lama
7)    Fraktur pada tulang kepala oleh tekanan yang hebat dari his dan oleh karena alat-alat yang dipakai.
8.      Prognosis
a.    Bahaya pada ibu ialah
1)    Partus berlangsung lama
2)    Terjadi ruptur uteri
3)    Terjadi fistula karena anak terlalu lama menekan pada jalan lahir, terjadi edema, nekrosis yang kemudian mengakibatkan vesiko vaginal, vesiko-cervical, atau recto-vaginal fistel
4)    Infeksi intra partum
5)    Simfisiolisis
b.    Bahaya bagi anak ialah
1)    Persalinan lama akan menyebabkan KJIP dan memberikan angka kematian janin yang tinggi.
2)    Pada panggul sempit sering terjadi ketuban pecah dini dan kemudian infeksi intrapartum
3)    Terjadi prolaps funikuli
4)    Dengan moulage memang terjadi pengecilan ukuran kepala. Pengecilan sampai 0,5 cm tidak merusak otak, pengecilan melebihi 0,5 cm akan berakibat buruk terhadap anak atau kematian.





9.      Penatalaksanaan
Sebenarnya panggul hanya merupaka salah satu faktor yang menentukan apakah anak dapat lahir spontan atau tidak, disamping banyak faktor lain yang memegang peranan dalam prognosa persalinan.
Bila konjugata vera 11 cm, dapat dipastikan partus biasa, dan bila ada kesulitan persalinan, pasti tidak disebabkan oleh faktor panggul. Untuk CV kurang dari 8,5 cm dan anak cukup bulan tidak mungkin melewati panggul tersebut.
a.    CV 8,5 - 10 cm dilakukan partus percobaan yang kemungkinan berakhir dengan partus spontan atau dengan ekstraksi vakum, atau ditolong dengan secio caesaria sekunder atas indikasi obstetric lainnya.
b.    CV = 6 -8,5 cm dilakukan SC primer
c.    CV = 6 cm dilakukan SC primer mutlak.
Disamping hal-hal tersebut diatas juga tergantung pada:
·         His atau tenaga yang mendorong anak
·         Besarnya janin, presentasi dan posisi janin
·         Bentuk panggul
·         Umur ibu dan anak berharga
·         Penyakit ibu (Sinopsis Obstetri 1998:328)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar