Sabtu, 11 Mei 2013

kanker payudara



BY: TUTI RAHAYU

KANKER PAYUDARA

a.       Pengertian Kanker Payudara
Kanker payudara disebut juga dengan carcinoma mammae adalah sebuah tumor ganas yang tumbuh dalam jaringan payudara. Tumor ini dapat tumbuh dalam kelenjar jaringan susu maupun pada jaringan ikat payudara. Kanker ini memang tidak tumbuh dengan cepat tapi sangat berbahaya (Suryaningsih, 2009).
b.       Gejala
Gejala kanker payudara  terdiri dari 3 fase menurut Gale (2000) diantaranya yaitu:
1)      Fase awal kanker payudara asimtomatik (tanpa tanda dan gejala). Tanda dan gejala yang paling umum adalah benjolan dan penebalan pada payudara. Kebanyakan kira-kira 90% ditemukan oleh penderita sendiri. Kanker payudara pada stadium dini biasanya tidak menimbulkan keluhan.
2)      Fase lanjut :
a)      Bentuk dan ukuran payudara berubah, berbeda dari sebelumnya
b)      Luka pada payudara sudah lama dan tidak sembuh walau sudah diobati
c)      Eksim pada putting susu dan sekitarnya sudah lama tidak sembuh walau diobati
d)     Putting sakit, keluar darah, nanah atau cairan encer dari putting atau keluar air susu pada wanita yang sedang hamil atau tidak menyusui
e)      Putting susu tertarik kedalam
f)       Kulit payudara mengeriut seperti kulit jeruk (peud d’orange)
3)      Metastase luas, berupa :
a)      Pembesaran kelenjar getah bening supraklavikula dan servikal
b)      Hasil rontgen toraks abnormal dengan atau tanpa eflusi pleura
c)      Peningkatan alkali fosfatase atau nyeri tulang berkaitan dengan penyebaran ke tulang
d)     Fungsi hati abnormal
c.       Stadium
Stadium kanker payudara didasarkan pada letaknya, penyebarannya dan sejauh mana pengaruhnya terhadap organ tubuh lain. Ini merupakan salah satu cara dokter untuk menentukan pengobatan apa yang cocok untuk para pasien. Para penderita kanker payudara ada stadium dini dan stadium lanjut. Stadium dini adalah stadium dari mana sebelum adanya kanker hingga stadium dua. Sedangkan stadium lanjut sudah berada dalam stadium tiga dan empat. Berikut ini penjelasan mengenai tingkatan stadium:
1)      Stadium 1 : Tumor terbatas dalam payudara, bebas dari jaringan sekitarnya, tidak ada klasifikasi/infiltrasi berkulit dan jaringan dibawahnya. Besar tumor 1-2 cm. KGB (Kelenjar Getah Bening) regional belum teraba.
2)      Stadium II       : Sama dengan stadium 1, besar tumor 2-5 cm, sudah ada KGB aksila (+), tetapi masih bebas dengan diameter kurang 2 cm.
3)      Stadium III A : Tumor berukuran 5-10 cm,tetapi masih bebas dari jaringan sekitarnya, KGB aksila masih bebas satu sama lain.
4)      Stadium III B : Tumor meluas dalam jaringan payudara ukuran 5-10 cm, fiksasi pada kulit/dinding dada, kulit merah dan ada edema (lebih dari 1/3 permukaan kulit payudara), ulserasi,nodul satelit, KGB aksila melekat satu sama lain atau ke jaringan sekitarnya dengan diameter 2-5 cm dan belum ada metastasis jauh.
5)      Tumor  pada stadium I, II, atau III  tetapi sudah disertai dengan KGB aksila supraklavikula dan metastasis jauh.
6)      Sebatas pada organ asal kanker. Kelainan ini belum teraba karena ukuran benjolannya tidak melebihi 3 cm dan tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening pada ketiak dan penyebaran pada organ lain. Pada stadium ini pertumbuhan sel masih tertutup dalam selaput yang paling bawah dan belum punya kekuatan untuk menyebar ketempat-tempat yang jauh.
7)      Stadium dua, sel-sel kanker menyerang organ di sekitarnya sehingga kemungkinan kesembuhannya 50-60 %.
8)      Stadium tiga , sel-sel kanker sudah mengarah ke organ yang lebih jauh, dan tingkat kesembuhannya 30 %.
9)      Stadium empat, sudah menyerah jauh ke hati, paru atau otak yang akan merusak jaringan tersebut sehingga fungsinya terganggu dan dapat menyebabkan kematian.
d.      Pencegahan Kanker Payudara
Pencegahan kanker payudara adalah pencegahan yang bertujuan menurunkan insiden kanker payudara dan secara tidak langsung akan menurunkan angka kematian akibat kanker payudara.
1)      Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial yaitu upaya pencegahan yang ditunjukan kepada orang sehat yang belum memiliki faktor resiko. Upaya ini dimaksudkan dengan menciptakan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan kanker payudara tidak mendapat dukungan dasar dari kebiasaan, gaya hidup dan faktor resiko lainnya. Pencegahan primordial dilakukan melalui promosi kesehatan yang ditujukan kepada orang sehat melalui upaya pola hidup sehat.
2)      Pencegahan Primer
Pencegahan primer pada kanker payudara dilakukan pada orang sehat yang sudah memiliki faktor resiko untuk terkena kanker payudara. Pencegahan primer dilakukan melalui upaya menghindarkan diri dari keterpaparan berbagai faktor resiko dan melaksanakan pola hidup sehat. Konsep dasar dari pencegahan primer adalah menurunkan insiden kanker payudara yang dapat dilakukan dengan (Lucia, 2009):
a)      Kurangi makanan yang berlemak tinggi seperti mentega, margarine dan santan. Lebih baik dapatkan asupan lemak dari kacang-kacangan dan biji-bijian. Hindari jeroan, otak, makanan berkuah santan kental, kulit ayam dan kuning telur. Pilihlah daging tanpa lemak, makanan berkuah bening, susu rendah lemak, susu kedelai, yogurt, putih telur dan ikan sebagai sumber protein yang baik.
b)      Sedapat mungkin hindari bahan pangan atau pengawet yang dalam jangka panjang dapat menjadi pemicu kanker
c)      Pilih makanan atau minuman yang berwarna putih alami (tidak menggunakan bahan pewarna). Gunakan pewarna dari bahan makanan misalnya warna coklatnya dari bubuk coklat, merahnya strobery, kuningnya kunyit dan hijaunya daun suji. Jangan menambahkan saus, kecap, garam, dan bumbu-bumbu secara berlebihan. Perbanyak makan buah dan sayur.
d)     Teknik pengolahan makanaan juga mempengaruhi mutu makanaan. Pilih makanaan dengan metode makanan dikukus, direbus, ditumis dengan sedikit minyak.
e)      Perbanyak minum air putih, mineral 8 gelas sehari, hindari minuman beralkohol, bersoda dan minuman dengan kandungan gula dan kafein tinggi. Jus buah dan sayuran baik dan menjaga dan memelihara kesehatan tubuh.
Hampir setiap kanker payudara ditemukan pertama kali oleh penderita sendiri dari pada oleh dokter. Karena itu, wanita harus mewaspadai setiap perubahan yang terjadi pada payudara. Untuk mengetahui perubahan-perubahan tersebut dilakukan pemeriksaan sederhana yang disebut pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) (Suryaningsih, 2009).
3)      Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan untuk mengobati para penderita dan mengurangi akibat-akibat yang lebih serius dari penyakit kanker payudara melalui diagnose dan deteksi dini dan pemberian pengobatan (Otto, 2005).
a)       Diagnosa Kanker Payudara
Diagnosa kanker payudara bisa dilakukan dengan beberapa pemeriksaan yaitu :
(1)   Anamnesa
(a)    Anamnesa terhadap keluhan di payudara atau ketiak apakah ada benjolan, rasa sakit, edema lengan atau kelainaan kulit.
(b)   Anamnesa terhadap keluhan di tempat lain berhubungan dengan metastasis sepeti nyeri tulang vertebrata, sesak, batuk dan lain-lain.
(c)    Anamnesa terhadap faktor-faktor resiko (usia, riwayat keluarga, riwayat kanker individu dan konsumsi lemak)
(d)   Pemeriksaaan Fisik
Ketepatan mendiagnosa kanker payudara dengan pemeriksaan fisik sekitar 70%. Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap status lokalis payudara kanan atau payudara kiri atau bilateral dan penderita harus diperiksa dalam posisis duduk atau terlentang. Kemudian payudara diperiksa sehubungan dengan perubahan kulit, perubahan putting susu, status kelenjar getah bening dan pemeriksaan pada lokasi metastasis jauh.
(2)     Pemeriksaan Biopsi Jarum Halus
Pemeriksaan ini dilakukan pada lesi yang secara klinis dan radiologi di curigai ganas. Biopsi jarum halus dilakukan dengan menusuk tumor dengan jarum halus dan disedot dengan spuit 10 cc sampai jaringan tumor lepas dan masuk ke dalam jarum. Kemudian jaringan tumor diperiksa dilaboratorium oleh ahli Patologi Anatomi untuk mengetahui apakah jaringan tersebut ganas (maligna) atau jinak (benigna).
(3)   Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan radiologik dilakukan dengan menggunakan Mammografi dan USG (Ultrasonografi) payudara. Mammografi merupakan tindakan pemeriksaan payudara dengan menggunakan sinar X berintensitas rendah. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk melihat ada tidaknya benjolan pada payudara. Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk perempuan dengan keluhan perihal payudara, baik setelah ditemukan  maupun sebelum ditemukan adanya benjolan dan sebagai check up kanker payudara.
American Cancer Sosiety dalam programnya menganjurkan sebagai berikut :
(a)    Untuk perempuan berumur 35-39 tahun, cukup dilakukan 1 kali mammografi dasar (Baseline mammogram).
(b)   Untuk perempuan berumur 40-50 tahun, mammografi dilakukan 1 atau 2 tahun sekali.
(c)    Untuk perempuan berumur diatas 50 tahun, mamografi dilakuakn setahun sekali.
USG sangat bermanfaat jika digunakan bersamaan dengan mommografi untuk tujuan diagnosis untuk membantu membedakan kista berisi cairan atau solid. Untuk menentukan stadium dapat menggunakan foto thoraks, USG abdomen, Bone Scanning (Scan tulang) dan CT Scan.
b)      Pengobatan kanker payudara (ca mammae)
Ada beberapa pengobatan kanker payudara yang penerapannya banyak tergantung pada stadium klinis penyakit, yaitu :
(1)   Pembedahan (Operasi)
Pembedahan adalah salah satu  terapi yang bersifat kuratif dan paliatif. Kuratif adalah tindakan yang langsung menghilangkan penyebabnya sehingga manifestasi klinik yang di timbulkan dapat di hilangkan. Sedangkan paliatif paliatif adalah tindakan yang berarti memperbaiki keadaan penderita. Jenis-jenis operasi yang dilakukan untuk mengobati kanker payudara ada 2 yaitu :
(a)      Mastektomi
Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. Ada 3 jenis mastektomi yaitu :
                                                                                     (1)   Modified Radiycal Mastectomy yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan disekitar ketiak.
                                                                                     (2)   Total (Simple) Mastectomy yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara saja, tanpa kelenjar di ketiak.
                                                                                    (3)   Redical Mastectomy yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara. Biasanya disebut Lumpectomy yaitu pengangkatan hanya pada jaringan yang mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara. Biasanya Lumpectomy direkomendasikan pada pasien yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya dipinggir payudara.
b)      Pengobatan Kelenjar Getah Bening (KGB) ketiak. Pengangkatan KGB ketiak dilakukan terhadap penderita kanker payudara yang menyebar tetapi besar tumornya lebih dari 2,5 cm.
c)      Terapi penyinaran (radioterapi)
Radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi. Efek pengobatan ini adalah tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit disekitar payudara menjadi hitam serta Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi.
d)    Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Obat-obatan ini tidak hanya membunuh sel kanker pada payudara, tetapi juga seluruh sel dalam tubuh. Efek dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok.
e)    Terapi Hormon
Pemberian hormone dilakukan apabila penyakit telah sistemik berupa metastasis jauh. Terapi hormonal biasanya diberikan secara paliatif sebelum kemoterapi.
4)      Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier bertujuan untuk mengurangi terjadinya komplikasi yang lebih berat dan memberikan penanganan yang tepat pada penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya untuk mengurangi kecacatan dan memperpanjang hidup penderita. Pencegahan tersier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita, meneruskan pengobatan serta memberikan dukungan psikologis bagi penderita. Upaya rehabilitasi terhadap penderita kanker payudara dilakukan dalam bentuk rehabilitasi medik serta rehabilitasi jiwa dan sosial. Rehabilitasi medik dilakukan untuk mempertahankan keadaan penderita pasca operasi atau pasca terapi lainnya. Rehabilitasi jiwa dan sosial diberikan melalui dukungan moral dari orang-orang terdekat dan konseling dari petugas kesehatan maupun tokoh agama (Gale, 2001).
1.      Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Resiko Kanker Payudara
Penyebab spesifik kanker payudara masih belum diketahui. Namun banyak faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara adalah:
a.      Faktor reproduksi
Hal-hal yang berhubungan dengan resiko terjadinya kanker payudara adalah:  nuliparitas,  menarch sebelum usia 12 tahun,  kehamilan pertama pada usia tua dan bertambahnya umur. Periode antara terjadinya haid pertama dengan umur saat kehamilan pertama merupakan windows of initation perkembangan kanker payudara. Sebab secara anatomi payudara akan mengalami atrofi (penyusutan jaringan atau organ) dengan bertambahnya umur. Sekitar dari 25 % kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause. Sehingga awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya klinis (Suryaningsih, 2009).
b.      Pemakaian hormon
Penggunaan hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker. Laporan dari Harvard Scool of Public Health menyatakan bahwa terdapat peningkatan kanker payudara yang bermakna pada para pengguna terapi estrogen replancement. Kandungan estrogen dan progesteron pada kontrasepsi oral akan memberikan efek proliferasi berlebih pada duktus ephitelium payudara. Berlebihnya proliferasi bila diikuti dengan hilangnya kontrol atas proliferasi sel dan pengaturan kematian sel yang sudah terprogram (apoptosis) akan mengakibatkan sel payudara berproliferasi secara terus menerus sehingga dapat mengakibatkan kanker (Suryaningsih, 2009).
Hormon estrogen adalah hormon yang berperan dalam proses tumbuh kembang organ seksual wanita. Hormon estrogen justru sebagai penyebab awal kanker pada sebagian wanita. Hal ini disebabkan adanya reseptor estrogen pada sel-sel epitel saluran kelenjar susu. Hormon estrogen yang menempel pada saluran ini, lambat laun akan mengubah sel-sel epitel tersebut menjadi kanker (Luwina, 2003). Penggunaan KB hormonal seperti pil, suntik KB dan susuk yang mengandung banyak dosis ekstrogen meningkatkan resiko kanker payudara (Wilensky dan Lincoln, 2008).
c.      Kegemukan
Obesitas atau kegemukan ternyata berpengaruh menyebabkan kanker. Resiko pada kegemukan akan meningkat karena meningkatnya sintesis estrogen pada timbunan lemak yang berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan payudara. Hal ini ada sebuah korelasi antara berat badan dan bentuk badan dengan kanker payudara pada wanita pasca menopause. Adanya variasi terhadap kekerapan kanker menunjukan bahwa terdapat pengaruh diet terhadap terjadinya keganasan ini (Suryaningsih, 2009).
d.     Riwayat keluarga yang terkena kanker payudara
Adanya riwayat keluarga yang terkena kanker merupakan salah satu penyebab adanya kanker payudara. Studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungaan dengan gen tertentu. Apabila terdapat gen BRCA  (gen breast cancer/gen kanker payudara), yaitu suatu gen suseptibilitas kanker payudara, probabilitas untuk terjadi kanker payudara sebesar 60 % pada umur 50 tahun dan sebesar 85 % pada umur 70 tahun. Badan kesehatan dunia (WHO) menyebutkan bahwa 8-9 % wanita akan mengalami kanker payudara dalam hidupnya. Kanker payudara bisa disebabkan oleh banyak hal walaupun sebenarnya penyebab kanker hanya bersandar pada faktor resiko saja, penyebabnya belum diketahui pasti. Meski begitu dengan menjahui faktor resikonya, resiko terkena pun berkurang (Suryaningsih, 2009).
Genetik merupakan faktor penting karena kejadian kanker payudara akibat kelainan genetik sebesar 5-10%. Untuk mengenalinya cukup mudah yaitu dengan mengumpulkan riwayat keluarga yang terkena kanker payudara dan memetakanya dalam bentuk silsilah. Riwayat keluarga yang perlu dicatat diantaranya adalah kanker payudara pada ibu atau saudara perempuan yang terkena kanker payudara pada umur di bawah 50 tahun atau pada bibi atau keponakan dengan jumlah lebih dari dua (Luwina, 2003).
e.      Periode menstrual
Periode menstrual juga mempengaruhi kanker payudara. Periode yang menjadi pemicu terjadinya kanker payudara adalah (Suryaningsih, 2009):
1)     Wanita yang mendapat menstruasi pertama lebih awal (kurang dari 11 tahun).
2)     Wanita yang terlambat memasuki menopause (diatas usia 60 tahun).
Pada wanita yang riwayat menarchenya lambat insidensinya lebih rendah akan tetapi pada menarche awal (di bawah 12 tahun) termasuk dalam faktor resiko terjadinya kanker payudara (Luwia, 2003).
f.       Umur
Kanker sering menyerang wanita yang berusia di atas 50 tahun. Jarang terjadi pada perempuan sebelum mengalami masa menopause. Menurut The American Cancer Society (ACS) hampir 80 % pada diagnosis awal kasus penyebaran sel kanker payudara terjadi pada perempuan di atas 50 tahun atau lebih (Suryaningsih, 2009).
Wanita yang berumur lebih dari 40 tahun mempunyai resiko kanker payudara lebih besar dibandingkan umur kurang dari 40 tahun. Hal ini dikarenakan pada umur dibawah usia 40 tahun ini kebanyakan wanita melakukan sadari (pemerikaan payudara sendiri)  dirumah secara rutin, mamografi, atau USG pada program pemeriksaan payudara setempat. Banyak kasus kanker payudara yang ditemukan terjadi pada wanita berumur antara 40-64 tahun (Wilensky dan Lincoln, 2008).
Pada wanita yang berumur lebih dari 50 tahun secara anatomi  payudara akan mengalami atrofi (penyusutan jaringan atau organ), ini yang menyebabkan banyak wanita diatas  usia  50 tahun terkena  kanker payudara dibandingkan yang berusia dibawah 50 tahun (Suryaningsih, 2009).
g.      Paritas
Berdasarkan penelitian, wanita nulipara mempunyai resiko kanker payudara sebesar 30 % dibandingkan dengan wanita yang multipara. Hal ini disebabkan karena wanita nullipara tidak pernah menyusui, karena wanita yang menyusui kadar esterogen dan progesterone akan tetap rendah selama menyusui sehingga mengurangi pengaruh hormon tersebut terhadap proses poliferasi jaringan termasuk jaringan payudara (Indriani, 2005).
 Paritas merupakan keadaan yang menunjukkan jumlah anak yang pernah dilahirkan. Wanita yang tidak mempunyai anak (nullipara) mempunyai resiko insidensi 1,5 kali lebih tinggi daripada wanita yang mempunyai anak (multipara) (Wilensky dan Lincoln, 2008).
h.      Kepadatan payudara
Kepadatan payudara memang berpengaruh. Sebab jika perempuan yang lemaknya sedikit maka payudaranya padat. Jadi tidak beresiko terkena kanker. Sedangkan wanita yang banyak lemak akan lebih berpeluang terkena kanker payudara. Payudara cenderung lebih padat seiring pertambahan usia (Suryaningsih, 2009).
i.        Konsumsi alkohol
Beberapa penelitian telah menyebutkan bahwa semakin banyak alkohol yang dikonsumsi perempuan, resiko terkena kanker payudara lebih besar. Hal ini disebabkan karena alkohol berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan payudara sehingga menyebabkan kanker payudara (Suryaningsih, 2009).
j.        Merokok
Ternyata merokok secara signifikan meningkatkan resiko berkembangnya kanker payudara. Rokok mengandung nikotin yang berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan payudara sehingga menyebabkan kanker payudara. Apalagi bila perempuan yang memiliki riwayat penderita mengidap kanker payudara. Oleh sebab itu jika dalam keluarga ada salah satu yang mengidap penyakit ini harus berhenti merokok (Suryaningsih, 2009).
k.      Mempunyai riwayat kanker payudara
Wanita yang pernah menderita kanker invasive memiliki resiko tertinggi  untuk menderita kanker payudara karena pengaruh peningkatan hormon esterogen. Setelah payudara yang terkena diangkat, maka resiko terjadinya kanker pada payudara  yang sehat meningkat 0,5-1 % / tahun. Hal ini terjadi karena payudara merupakan organ berpasangan yang dilihat dari suatu sistem dan  dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sama (Suryaningsih, 2009).

1 komentar:

  1. terimkasih banyak, pembahasan yang bermanfaat

    http://cv-pengobatan.com/pengobatan-alami-kanker-payudara/

    BalasHapus