BY: TUTI RAHAYU
KANKER PAYUDARA
a. Pengertian
Kanker Payudara
Kanker payudara disebut juga dengan carcinoma mammae adalah sebuah tumor
ganas yang tumbuh dalam jaringan payudara. Tumor ini dapat tumbuh dalam
kelenjar jaringan susu maupun pada jaringan ikat payudara. Kanker ini memang
tidak tumbuh dengan cepat tapi sangat berbahaya (Suryaningsih, 2009).
b.
Gejala
Gejala kanker payudara terdiri
dari 3 fase menurut Gale (2000) diantaranya yaitu:
1)
Fase awal kanker payudara asimtomatik (tanpa tanda dan
gejala). Tanda
dan gejala yang paling umum adalah benjolan dan penebalan pada payudara.
Kebanyakan kira-kira 90% ditemukan oleh penderita sendiri. Kanker payudara pada stadium dini biasanya tidak
menimbulkan keluhan.
2)
Fase lanjut :
a)
Bentuk dan ukuran payudara berubah, berbeda dari
sebelumnya
b)
Luka pada payudara sudah lama dan tidak sembuh walau
sudah diobati
c)
Eksim pada putting susu dan sekitarnya sudah lama tidak
sembuh walau diobati
d)
Putting sakit, keluar darah, nanah atau cairan encer dari
putting atau keluar air susu pada wanita yang sedang hamil atau tidak menyusui
e)
Putting susu tertarik kedalam
f) Kulit payudara mengeriut
seperti kulit jeruk (peud d’orange)
3) Metastase luas, berupa :
a) Pembesaran kelenjar getah
bening supraklavikula dan servikal
b) Hasil rontgen toraks
abnormal dengan atau tanpa eflusi pleura
c) Peningkatan alkali
fosfatase atau nyeri tulang berkaitan dengan penyebaran ke tulang
d) Fungsi hati abnormal
c. Stadium
Stadium kanker payudara didasarkan
pada letaknya, penyebarannya dan sejauh mana pengaruhnya terhadap organ tubuh
lain. Ini merupakan salah satu cara dokter untuk menentukan pengobatan apa yang
cocok untuk para pasien. Para penderita kanker payudara ada stadium dini dan stadium lanjut. Stadium
dini adalah stadium dari mana sebelum adanya kanker hingga stadium dua.
Sedangkan stadium lanjut sudah berada dalam stadium tiga dan empat. Berikut ini penjelasan mengenai tingkatan
stadium:
1) Stadium 1 : Tumor
terbatas dalam payudara, bebas dari jaringan sekitarnya, tidak ada
klasifikasi/infiltrasi berkulit dan jaringan dibawahnya. Besar tumor 1-2 cm.
KGB (Kelenjar Getah Bening) regional belum teraba.
2) Stadium II : Sama dengan stadium 1, besar tumor 2-5
cm, sudah ada KGB aksila (+), tetapi masih bebas dengan diameter kurang 2 cm.
3) Stadium III A : Tumor
berukuran 5-10 cm,tetapi masih bebas dari jaringan sekitarnya, KGB aksila masih
bebas satu sama lain.
4) Stadium III B : Tumor meluas dalam jaringan payudara ukuran
5-10 cm, fiksasi pada kulit/dinding dada, kulit merah dan ada edema (lebih dari
1/3 permukaan kulit payudara), ulserasi,nodul satelit, KGB aksila melekat satu
sama lain atau ke jaringan sekitarnya dengan diameter 2-5 cm dan belum ada
metastasis jauh.
5) Tumor pada stadium I, II, atau III tetapi sudah disertai dengan KGB aksila
supraklavikula dan metastasis jauh.
6) Sebatas pada organ asal
kanker. Kelainan ini belum teraba karena ukuran benjolannya tidak melebihi 3 cm
dan tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening pada ketiak dan penyebaran
pada organ lain. Pada stadium ini pertumbuhan sel masih tertutup dalam selaput
yang paling bawah dan belum punya kekuatan untuk menyebar ketempat-tempat yang
jauh.
7) Stadium dua, sel-sel
kanker menyerang organ di sekitarnya sehingga kemungkinan kesembuhannya 50-60
%.
8) Stadium tiga , sel-sel
kanker sudah mengarah ke organ yang lebih jauh, dan tingkat kesembuhannya 30 %.
9) Stadium empat, sudah
menyerah jauh ke hati, paru atau otak yang akan merusak jaringan tersebut
sehingga fungsinya terganggu dan dapat menyebabkan kematian.
d.
Pencegahan
Kanker Payudara
Pencegahan kanker payudara adalah pencegahan yang
bertujuan menurunkan insiden kanker payudara dan secara tidak langsung akan
menurunkan angka kematian akibat kanker payudara.
1)
Pencegahan
Primordial
Pencegahan primordial yaitu upaya pencegahan yang
ditunjukan kepada orang sehat yang belum memiliki faktor resiko. Upaya ini
dimaksudkan dengan menciptakan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan kanker
payudara tidak mendapat dukungan dasar dari kebiasaan, gaya hidup dan faktor
resiko lainnya. Pencegahan primordial dilakukan melalui promosi kesehatan yang
ditujukan kepada orang sehat melalui upaya pola hidup sehat.
2)
Pencegahan
Primer
Pencegahan primer pada kanker payudara dilakukan pada
orang sehat yang sudah memiliki faktor resiko untuk terkena kanker payudara. Pencegahan primer dilakukan melalui upaya
menghindarkan diri dari keterpaparan berbagai faktor resiko dan melaksanakan
pola hidup sehat. Konsep dasar dari pencegahan primer adalah menurunkan insiden
kanker payudara yang dapat dilakukan dengan (Lucia, 2009):
a) Kurangi makanan yang
berlemak tinggi seperti mentega, margarine dan santan. Lebih baik dapatkan
asupan lemak dari kacang-kacangan dan biji-bijian. Hindari jeroan, otak, makanan
berkuah santan kental, kulit ayam dan kuning telur. Pilihlah daging tanpa
lemak, makanan berkuah bening, susu rendah lemak, susu kedelai, yogurt, putih
telur dan ikan sebagai sumber protein yang baik.
b) Sedapat mungkin
hindari bahan pangan atau pengawet yang dalam jangka panjang dapat menjadi
pemicu kanker
c) Pilih makanan atau
minuman yang berwarna putih alami (tidak menggunakan bahan pewarna). Gunakan
pewarna dari bahan makanan misalnya warna coklatnya dari bubuk coklat, merahnya
strobery, kuningnya kunyit dan hijaunya daun suji. Jangan menambahkan saus,
kecap, garam, dan bumbu-bumbu secara berlebihan. Perbanyak makan buah dan
sayur.
d) Teknik pengolahan
makanaan juga mempengaruhi mutu makanaan. Pilih makanaan dengan metode makanan
dikukus, direbus, ditumis dengan sedikit minyak.
e) Perbanyak minum air
putih, mineral 8 gelas sehari, hindari minuman beralkohol, bersoda dan minuman
dengan kandungan gula dan kafein tinggi. Jus buah dan sayuran baik dan menjaga dan memelihara kesehatan tubuh.
Hampir setiap kanker payudara
ditemukan pertama kali oleh penderita sendiri dari pada oleh dokter. Karena
itu, wanita harus mewaspadai setiap perubahan yang terjadi pada payudara. Untuk
mengetahui perubahan-perubahan tersebut dilakukan pemeriksaan sederhana yang
disebut pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) (Suryaningsih, 2009).
3)
Pencegahan
Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan untuk mengobati para
penderita dan mengurangi akibat-akibat yang lebih serius dari penyakit kanker
payudara melalui diagnose dan deteksi dini dan pemberian pengobatan (Otto,
2005).
a)
Diagnosa
Kanker Payudara
Diagnosa
kanker payudara bisa dilakukan dengan beberapa pemeriksaan yaitu :
(1)
Anamnesa
(a)
Anamnesa
terhadap keluhan di payudara atau ketiak apakah ada benjolan, rasa sakit, edema
lengan atau kelainaan kulit.
(b)
Anamnesa
terhadap keluhan di tempat lain berhubungan dengan metastasis sepeti nyeri
tulang vertebrata, sesak, batuk dan lain-lain.
(c)
Anamnesa
terhadap faktor-faktor resiko (usia, riwayat keluarga, riwayat kanker individu
dan konsumsi lemak)
(d)
Pemeriksaaan
Fisik
Ketepatan mendiagnosa kanker payudara dengan pemeriksaan
fisik sekitar 70%. Pemeriksaan
fisik dilakukan terhadap status lokalis payudara kanan atau payudara kiri atau
bilateral dan penderita harus diperiksa dalam posisis duduk atau terlentang.
Kemudian payudara diperiksa sehubungan dengan perubahan
kulit, perubahan putting susu, status kelenjar getah bening dan pemeriksaan
pada lokasi metastasis jauh.
(2)
Pemeriksaan
Biopsi Jarum Halus
Pemeriksaan ini dilakukan pada lesi
yang secara klinis dan radiologi di curigai ganas. Biopsi jarum halus dilakukan
dengan menusuk tumor dengan jarum halus dan disedot dengan spuit 10 cc sampai
jaringan tumor lepas dan masuk ke dalam jarum. Kemudian jaringan tumor
diperiksa dilaboratorium oleh ahli Patologi Anatomi untuk mengetahui apakah
jaringan tersebut ganas (maligna) atau jinak (benigna).
(3)
Pemeriksaan
Radiologik
Pemeriksaan radiologik dilakukan dengan
menggunakan Mammografi dan USG (Ultrasonografi) payudara. Mammografi merupakan
tindakan pemeriksaan payudara dengan menggunakan sinar X berintensitas rendah.
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk melihat ada tidaknya benjolan pada
payudara. Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk perempuan dengan keluhan perihal
payudara, baik setelah ditemukan maupun
sebelum ditemukan adanya benjolan dan sebagai check up kanker payudara.
American
Cancer Sosiety dalam programnya menganjurkan
sebagai berikut :
(a)
Untuk
perempuan berumur 35-39 tahun, cukup dilakukan 1 kali mammografi dasar
(Baseline mammogram).
(b)
Untuk
perempuan berumur 40-50 tahun, mammografi dilakukan 1 atau 2 tahun sekali.
(c)
Untuk perempuan
berumur diatas 50 tahun, mamografi dilakuakn setahun sekali.
USG sangat bermanfaat jika digunakan
bersamaan dengan mommografi untuk tujuan diagnosis untuk membantu membedakan
kista berisi cairan atau solid. Untuk menentukan stadium dapat menggunakan foto
thoraks, USG abdomen, Bone Scanning (Scan tulang) dan CT Scan.
b) Pengobatan kanker
payudara (ca mammae)
Ada beberapa pengobatan kanker
payudara yang penerapannya banyak tergantung pada stadium klinis penyakit,
yaitu :
(1)
Pembedahan
(Operasi)
Pembedahan adalah salah satu terapi yang bersifat kuratif dan paliatif.
Kuratif adalah tindakan yang langsung menghilangkan penyebabnya sehingga
manifestasi klinik yang di timbulkan dapat di hilangkan. Sedangkan paliatif
paliatif adalah tindakan yang berarti memperbaiki keadaan penderita.
Jenis-jenis operasi yang dilakukan untuk mengobati kanker payudara ada 2 yaitu
:
(a)
Mastektomi
Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. Ada 3 jenis mastektomi
yaitu :
(1) Modified
Radiycal Mastectomy yaitu operasi pengangkatan
seluruh payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang
iga, serta benjolan disekitar ketiak.
(2) Total
(Simple) Mastectomy yaitu operasi pengangkatan
seluruh payudara saja, tanpa kelenjar di ketiak.
(3) Redical
Mastectomy yaitu operasi pengangkatan sebagian dari
payudara. Biasanya disebut Lumpectomy yaitu pengangkatan hanya pada jaringan
yang mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara. Biasanya Lumpectomy direkomendasikan
pada pasien yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya dipinggir
payudara.
b)
Pengobatan
Kelenjar Getah Bening (KGB) ketiak. Pengangkatan KGB ketiak dilakukan terhadap
penderita kanker payudara yang menyebar tetapi besar tumornya lebih dari 2,5
cm.
c)
Terapi
penyinaran (radioterapi)
Radiasi
adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan menggunakan
sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang masih tersisa
di payudara setelah operasi. Efek pengobatan ini adalah tubuh menjadi lemah,
nafsu makan berkurang, warna kulit disekitar payudara menjadi hitam serta Hb
dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi.
d)
Kemoterapi
Kemoterapi
adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair atau
kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Obat-obatan ini
tidak hanya membunuh sel kanker pada payudara, tetapi juga seluruh sel dalam
tubuh. Efek dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta
rambut rontok.
e)
Terapi
Hormon
Pemberian
hormone dilakukan apabila penyakit telah sistemik berupa metastasis jauh.
Terapi hormonal biasanya diberikan secara paliatif sebelum kemoterapi.
4)
Pencegahan
Tersier
Pencegahan tersier bertujuan untuk mengurangi terjadinya
komplikasi yang lebih berat dan memberikan penanganan yang tepat pada penderita
kanker payudara sesuai dengan stadiumnya untuk mengurangi kecacatan dan
memperpanjang hidup penderita. Pencegahan tersier ini penting untuk
meningkatkan kualitas hidup penderita, meneruskan pengobatan serta memberikan
dukungan psikologis bagi penderita. Upaya rehabilitasi terhadap penderita kanker payudara dilakukan dalam
bentuk rehabilitasi medik serta rehabilitasi jiwa dan sosial. Rehabilitasi
medik dilakukan untuk mempertahankan keadaan penderita pasca operasi atau pasca
terapi lainnya. Rehabilitasi jiwa dan sosial diberikan
melalui dukungan moral dari orang-orang terdekat dan konseling dari petugas
kesehatan maupun tokoh agama (Gale, 2001).
1.
Faktor Yang
Berhubungan Dengan Terjadinya Resiko Kanker Payudara
Penyebab spesifik kanker payudara masih belum diketahui. Namun banyak
faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara
adalah:
a.
Faktor reproduksi
Hal-hal yang berhubungan dengan
resiko terjadinya kanker payudara adalah: nuliparitas, menarch sebelum usia 12 tahun, kehamilan pertama pada usia tua dan
bertambahnya umur. Periode antara terjadinya haid pertama dengan umur saat
kehamilan pertama merupakan windows of
initation perkembangan kanker payudara. Sebab secara anatomi payudara akan
mengalami atrofi (penyusutan jaringan atau organ) dengan bertambahnya
umur. Sekitar dari 25 % kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause.
Sehingga awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya klinis
(Suryaningsih, 2009).
b.
Pemakaian hormon
Penggunaan hormon estrogen
berhubungan dengan terjadinya kanker. Laporan dari Harvard Scool of Public Health menyatakan bahwa terdapat
peningkatan kanker payudara yang bermakna pada para pengguna terapi estrogen replancement. Kandungan estrogen dan progesteron pada kontrasepsi
oral akan memberikan efek proliferasi berlebih pada duktus ephitelium
payudara. Berlebihnya proliferasi bila
diikuti dengan hilangnya kontrol atas proliferasi sel dan pengaturan kematian
sel yang sudah terprogram (apoptosis) akan mengakibatkan sel payudara
berproliferasi secara terus menerus sehingga dapat mengakibatkan kanker
(Suryaningsih, 2009).
Hormon estrogen adalah hormon yang
berperan dalam proses tumbuh kembang organ seksual wanita. Hormon estrogen
justru sebagai penyebab awal kanker pada sebagian wanita. Hal ini disebabkan
adanya reseptor estrogen pada sel-sel epitel saluran kelenjar susu.
Hormon estrogen yang menempel pada saluran ini, lambat laun akan mengubah
sel-sel epitel tersebut menjadi kanker (Luwina, 2003). Penggunaan KB
hormonal seperti pil, suntik KB dan susuk yang
mengandung banyak dosis ekstrogen meningkatkan resiko kanker payudara (Wilensky
dan Lincoln, 2008).
c.
Kegemukan
Obesitas atau kegemukan ternyata
berpengaruh menyebabkan kanker. Resiko pada kegemukan
akan meningkat karena meningkatnya sintesis estrogen pada timbunan lemak yang
berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan payudara. Hal ini ada sebuah korelasi antara berat badan dan bentuk
badan dengan kanker payudara pada wanita pasca menopause. Adanya variasi
terhadap kekerapan kanker menunjukan bahwa terdapat pengaruh diet terhadap terjadinya
keganasan ini (Suryaningsih, 2009).
d.
Riwayat keluarga yang terkena kanker payudara
Adanya riwayat keluarga yang
terkena kanker merupakan salah satu penyebab adanya kanker payudara. Studi
genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungaan dengan gen tertentu.
Apabila terdapat gen BRCA (gen breast cancer/gen kanker payudara), yaitu
suatu gen suseptibilitas kanker payudara, probabilitas untuk terjadi
kanker payudara sebesar 60 % pada umur 50 tahun dan sebesar 85 % pada umur 70
tahun. Badan kesehatan dunia (WHO) menyebutkan bahwa 8-9 % wanita akan
mengalami kanker payudara dalam hidupnya. Kanker payudara bisa disebabkan oleh
banyak hal walaupun sebenarnya penyebab kanker hanya bersandar pada faktor
resiko saja, penyebabnya belum diketahui pasti. Meski begitu dengan menjahui
faktor resikonya, resiko terkena pun berkurang (Suryaningsih, 2009).
Genetik merupakan faktor penting karena kejadian kanker
payudara akibat kelainan genetik sebesar 5-10%. Untuk mengenalinya cukup mudah
yaitu dengan mengumpulkan riwayat keluarga yang terkena kanker payudara dan
memetakanya dalam bentuk silsilah. Riwayat
keluarga yang perlu dicatat diantaranya adalah kanker payudara pada ibu atau
saudara perempuan yang terkena kanker payudara pada umur di bawah 50 tahun atau
pada bibi atau keponakan dengan jumlah lebih dari dua (Luwina, 2003).
e.
Periode menstrual
Periode menstrual juga mempengaruhi kanker payudara.
Periode yang menjadi pemicu terjadinya kanker payudara adalah (Suryaningsih,
2009):
1)
Wanita yang mendapat menstruasi pertama lebih awal
(kurang dari 11 tahun).
2)
Wanita yang terlambat memasuki menopause (diatas usia 60
tahun).
Pada wanita yang riwayat
menarchenya lambat insidensinya lebih rendah akan tetapi pada menarche
awal (di bawah 12 tahun) termasuk dalam faktor resiko terjadinya kanker
payudara (Luwia, 2003).
f.
Umur
Kanker sering menyerang wanita
yang berusia di atas 50 tahun. Jarang terjadi pada perempuan sebelum mengalami
masa menopause. Menurut The American
Cancer Society (ACS) hampir 80 % pada diagnosis awal kasus penyebaran sel
kanker payudara terjadi pada perempuan di atas 50 tahun atau lebih
(Suryaningsih, 2009).
Wanita yang berumur lebih dari 40
tahun mempunyai resiko kanker payudara lebih besar dibandingkan umur kurang
dari 40 tahun. Hal ini dikarenakan pada umur dibawah usia 40 tahun ini kebanyakan wanita
melakukan sadari (pemerikaan payudara sendiri)
dirumah secara rutin, mamografi, atau USG pada program pemeriksaan
payudara setempat. Banyak kasus kanker payudara yang ditemukan terjadi pada
wanita berumur antara 40-64 tahun (Wilensky dan Lincoln, 2008).
Pada wanita yang berumur lebih
dari 50 tahun secara anatomi payudara
akan mengalami atrofi (penyusutan jaringan atau organ), ini
yang menyebabkan banyak wanita diatas
usia 50 tahun terkena kanker payudara dibandingkan yang berusia
dibawah 50 tahun (Suryaningsih, 2009).
g.
Paritas
Berdasarkan penelitian, wanita nulipara mempunyai resiko
kanker payudara sebesar 30 % dibandingkan dengan wanita yang multipara. Hal ini
disebabkan karena wanita nullipara tidak pernah menyusui, karena wanita yang
menyusui kadar esterogen dan progesterone
akan tetap rendah selama menyusui sehingga mengurangi pengaruh hormon tersebut
terhadap proses poliferasi jaringan termasuk jaringan payudara (Indriani, 2005).
Paritas merupakan
keadaan yang menunjukkan jumlah anak yang pernah dilahirkan. Wanita yang tidak
mempunyai anak (nullipara) mempunyai resiko
insidensi 1,5 kali lebih tinggi daripada wanita yang mempunyai anak (multipara)
(Wilensky dan Lincoln, 2008).
h.
Kepadatan payudara
Kepadatan payudara memang
berpengaruh. Sebab jika perempuan yang lemaknya sedikit maka payudaranya padat.
Jadi tidak beresiko terkena kanker. Sedangkan wanita yang banyak lemak akan
lebih berpeluang terkena kanker payudara. Payudara cenderung lebih padat
seiring pertambahan usia (Suryaningsih, 2009).
i.
Konsumsi alkohol
Beberapa penelitian telah menyebutkan
bahwa semakin banyak alkohol yang dikonsumsi perempuan, resiko terkena kanker
payudara lebih besar. Hal ini disebabkan karena alkohol berpengaruh terhadap
proses proliferasi jaringan payudara sehingga menyebabkan kanker payudara
(Suryaningsih, 2009).
j.
Merokok
Ternyata merokok secara signifikan
meningkatkan resiko berkembangnya kanker payudara. Rokok mengandung nikotin yang
berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan payudara sehingga menyebabkan kanker payudara. Apalagi bila perempuan yang memiliki riwayat penderita
mengidap kanker payudara. Oleh sebab itu jika dalam keluarga ada salah satu
yang mengidap penyakit ini harus berhenti merokok (Suryaningsih, 2009).
k.
Mempunyai riwayat kanker payudara
Wanita yang pernah menderita
kanker invasive memiliki resiko tertinggi untuk menderita kanker payudara karena
pengaruh peningkatan hormon esterogen. Setelah payudara yang terkena diangkat,
maka resiko terjadinya kanker pada payudara
yang sehat meningkat 0,5-1 % / tahun. Hal ini terjadi karena payudara
merupakan organ berpasangan yang dilihat dari suatu sistem dan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sama
(Suryaningsih, 2009).
terimkasih banyak, pembahasan yang bermanfaat
BalasHapushttp://cv-pengobatan.com/pengobatan-alami-kanker-payudara/